Kamis, 23 Oktober 2014

EndNote X7


Software yang dibagikan kali ini adalah EndNote.
EndNote adalah program yang berfungsi untuk membantu mengelola referensi, yang sudah menumpuk. Bahkan fungsi program EndNote bukan hanya sebagai pengelola (data base) referensi tetapi juga bisa juga gambar-gambar. Selain itu hebatnya EndNote juga berfungsi sebagai penyusun bibliografi dan manuskrip. Kalau kita punya akses internet, Endnote juga bisa menjadi pelacak referensi online.


Anda bisa mendownload software tersebut dengan meng-klik
icon di bawah ini : (google drive)

PDF Multi Converter


Software yang dibagikan kali ini adalah Wondershare PDF Converter Pro 4.0.1.
PDF Multi converter ini dapat meng-convert file PDF anda menjadi Ms Word, MS Excel, MS PPT, Image, HTML, dan EPUB.


Anda bisa mendownload software tersebut dengan meng-klik icon
di bawah ini : (google drive)

WinQSB


Software yang dibagikan kali ini adalah WinQSB.
WinQSB adalah sistem interaktif untuk membantu pengambilan keputusan yang berisi alat yang berguna untuk memecahkan berbagai jenis masalah dalam bidang riset operasi. Sistem ini terdiri dari modul-modul yang berbeda, satu untuk setiap model jenis atau masalah. WinQSB menggunakan mekanisme tampilan candela seperti Windows, yaitu jendela, menu, toolbar, dll. Oleh karena itu pengelolaan program serupa dengan yang lain menggunakan lingkungan Windows.


Anda bisa mendownload software tersebut dengan meng-klik icon
di bawah ini : (google drive)

Visual Partial Least Square (VPLS)


Software yang dibagikan kali ini adalah VPLS.
Visual Partial Least Square (VPLS) dikembangkan oleh Jen Ruei Fu dari National Kaohsiung University Taiwan.
Software ini dapat didownload di situs resminya http://www2.kuas.edu.tw

Atau anda bisa download dengan meng-klik icon di bawah ini : (google drive)


Sabtu, 11 Oktober 2014

Impian Si Kecil

* Inspired by adikku Mawanul Agus Hsb.

Saat itu aku diminta buatkan puisi untuk Perpisahan kelas VI SD-nya.
Kucoba rangkai kata, merenung sejenak mencoba memposisikan diriku saat dahulu berada di kelas VI SD.
Tapi waktu berubah, tidak mungkin apa yang kurasa sama dengan yang dirasakannya.
Kucoba kenali lagi apa-apa yang sering Ia curhatkan kepada ku.
Ya....akhirnya puisi ini tercipta apa adanya.
Polos dan tidak muluk-muluk.
Mungkin Anul sudah lupa dimana catatan puisi ini Ia letakkan.
Tapi aku coba abadikan di dinding blog ku ini.


IMPIAN SI KECIL

Aku pelajar bertubuh mungil,
Penuh impian dan cita-cita,
Sering aku ditanya,
Kelak jadi apa saat besar nanti,

Saat aku teringat superhero,
Ku jawab aku ingin jadi pahlawan,
Saat aku teringat api yang menyala,
Ku jawab aku ingin jadi pemadam kebakaran,
Saat aku melihat orang jahat,
Ku jawab aku ingin jadi polisi,
Saat aku ikut pengajian,
Ku jawab aku ingin jadi ustadz,

Impianku tak semungil tubuhku,
Aku berdoa kepada Sang Ilahi,
Diberikan waktu hingga cukup umur nanti,

Semoga cita-citaku dapat kuraih.

Senin, 06 Oktober 2014

Menikah Itu Enak Lho...

Tolak Ukur MENIKAH itu bukan dilihat dari Sebanding atau Tidak, 
tapi dari Seiman atau tidak.

MENIKAH itu Bukan tentang KESIAPAN 
tapi tentang KEBERANIAN memPERTANGGUNGJAWABkan akad dihadapan Allah

MENIKAH itu seperti BERENANG, Gak Cukup Teori tuk kuasai.. 
Mencebur kedalamnya lah yg akan Mengajarkan kita untuk tidak tenggelam dalam Kehidupan

MENIKAH itu itu bukan semata-mata tentang CINTA & RASA, 
tapi tentang KEIMANAN & KESETIAAN pada ajaran & anjuran Tuhan..

MENIKAH itu = menyusun PUZLE Kehidupan, Sering Butuh Pihak Ketiga tuk "klop"kan 'PUZLE' dalam sebuah PERJODOHAN.

MENIKAH itu BUKAN tentang RASA.. PERCAYA aja deeeh Soal Rasa hanya MIE SEDAP yg tak pernah BOHONG..heheehe..

MENIKAH itu memang MENAKUTkan bagi Para JOMBLO.. Tapi PERCAYAlah jadi JOMBLO Abadi itu apalagi PACARAN, Lebih MENAKUTkan MEMILUkan + MEMALUkan..

MENIKAH itu itu seperti minum TEH BOTOL.. Apapun Masalah si JOMBLO Menikahlah SOLUSInya...

MENIKAH itu itu mengKAYAkan.. Bila KEUANGAN jadi alasan menunda Nikah, maka gak ada alasan tuk dia jadi KAYA..

MENIKAH itu seperti makan SOSIS... Bisa dilakukan oleh siapapun, dlm kondisi apapun.. Yg penting SO NICE Niat & Tujuannya..

MENIKAH itu MUDAH karena Allah itu Maha Memudahkan... Kecuali kita sendiri yg MEMPERSULIT dgn Alasan BERBELIT-BELIT kayak si PELIT...

Rabu, 03 September 2014

Belajar 'Endless Love'

Ada beberapa kalimat dalam film Endless Love (2014) yang menginspirasi dan memantapkan mentalku menuju hubungan yang lebih serius dengan calon pasangan hidup.

Memang tetap saja ada scene-scene yang tidak patut dan terkesan lebay dalam film ini. Walau agak sedikit klise, namun setidaknya percakapan Hugh (ayah si cewek) dengan David (si cowok) dapat diambil pelajaran ketika kita benar-benar serius dengan calon kita.

Percakapan di bagian ini merupakan pertanyaan yang sering kali dikhawatirkan para orangtua terhadap anaknya, terutama di saat putera mereka menyampaikan niat untuk menikah, -hehe..curcol-.

Berikut kira-kira dialognya (dengan editan bahasa yang lebih akrab):

Orangtua : “Nak, kami tahu kok cinta itu memang indah. Tapi bukan hanya itu yang kau butuhkan nantinya. Kau juga perlu hal-hal lain seperti makan, kosmetik isteri, asuransi dan hal yang tidak romantis lainnya, seperti minjam uang kesana-kesini”.

Dan dengan elegan dan percaya diri si Pria menjawab :
“Aku paham Pak, Mak. Aku yakin, kelak aku akan mendapatkan semua itu, walau tidak akan pernah persis seperti yang Bapak Mamak punya. Tapi aku juga sangat yakin cinta akan datang lebih dahulu. Pada akhirnya, apa yang lebih penting dari itu?.

Buat apa aku menjalani ‘serba kecukupan’ dengan sesorang yang tidak aku cintai. Cinta sejati dengan sendirinya membuat diriku rela memperjuangkan dan mengorbankan apapun, tidak setengah-setengah. Semangat, energi dan motivasi yang muncul karena yakin bersamanya dapat membuatku menjadi baik dan semakin baik. Dan dari dulu aku bukanlah tipe cowok playboy, aku mencintai satu wanita dan setia padanya.”

Oh my Rabb....nyentuhnya itu di dalam sini (sambil nyentuh dada,  Hehe)
Dalam hati aku bergumam,”kok kayak aku banget?”.
Kalimatnya ngena banget dalam hati. Sepertinya kalimat di atas ampuh untuk menjawab kekhawatiran orangtua nanti.
-semoga-

Sebenarnya gimana ya?

Ingin rasanya orangtua memberi kepercayaan pada puteranya, mendukungnya dan tetap memperhatikannya. Apalagi yang ingin dilakukan putera mereka bukan lah perbuatan buruk, kriminal ataupun perbuatan dosa. Dia hanya ingin menyampaikan keseriusannya mencintai pasangan dan siap menikah. Merupakan suatu yang wajar bila di kemudian hari Dia berhadapan dengan suatu masalah atau keadaan yang tidak diinginkan, namun orangtua selalu ada untuk mendukung dan memberi solusi. Bukan malah mencemooh atau bahkan mengungkit-ungkit masa lalu yang dibumbui pernyataan menyakitkan seperti “bahwa dari awal kami sebenarnya berat meridhai, kalian pasti akan begini, akan begitu, dan sekarang kalian rasakan”.

Ya Allah, betapa rapuhnya bila mendapat respon seperti itu dari orangtua sendiri. Gak sanggup ngebayangin dan bukan main pilu nya.
Semoga tidak terjadi dalam kehidupan kita nanti ya teman...! (aamin)

**************************************************************
Dear Bapak dan Mamak terbaik yang Allah titipkan padaku,
Biarkan aku belajar mencintainya dengan serius,
Dengan ikatan halal yang diridhai Ilahi Rabbi,
Aku tahu tak akan mudah menjalaninya,
Tapi kami akan tegar bila kami didukung tetap bersama,
Bila kami tidak dicemooh perkataan yang amat pilu,

Kami sudah menjalani banyak hal bersama,
Kami disayangi, kami dihormati, kami disanjung,
Tapi kami juga pernah dibenci, dijauhi, dan pasang surut dalam hubungan ini,
Tapi kami kembali bersama, kami kembali dekat,
Dan kami tahu, itu belum berarti apa-apa jika dibandingkan setelah kami bersatu nanti,
Pasti akan banyak hal yang tidak terduga di sana nanti,

Kami sadar sepenuhnya, kami adalah manusia biasa dan bersalah,
Tolong tetap berada disamping kami ketika memperbaiki kesalahan itu,
Kami rintis komitmen untuk tetap saling menguatkan,
Siap mandiri, bersakit-sakit dan tidak dimanja lagi,
Siap menerima kekurangan pasangan,
Menghadapi masalah tidak melebar kemana-mana lagi,

Kami sungguh merasa sejiwa,
Satu pikiran, saling melengkapi satu sama lain,
Merasa Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan,
Maka dialah teman hidup saat ini dan nanti,

Dear Bapak dan Mamak Tersayang,
Berilah ridha dan restumu pada kami.
Aku berjanji akan tetap berusaha memperhatikan Bapak dan Mamak,
Adek-adekku tersayang, teman sedarah dagingku,
Menyayangi kalian,
Karena melalui kalian lah pertama kali aku mengenal kasih sayang itu,
**************************************************************

Rabu, 27 Agustus 2014

Jangan Sembarang Bicara dengan Orang yg Tidak Dikenal saat Berada di Fasilitas Publik

Bismillahirrahmaanirraahiim...
Sedikit berbagi cerita berisi nasehat bagi kita, pada tanggal 24/08/2014 terjadi peristiwa yang sepertinya sedikit menguras perhatian dan kekesalanku pada diri sendiri. Bagaimana tidak, hewan pun tidak akan jatuh pada lubang yang sama. Tetapi sungguh aku manusia yang lemah (namun sering merasa sombong), aku kembali khilaf, teledor, dan naas ketika harus kehilangan titipan uang orangtua untuk adek-adekku di Medan.

Peritiwa pertama terjadi ketika aku baru saja menginjak tanah Jakarta. Dari stasiun gambir, aku menaiki KOPAJA menuju stasiun Tanah Abang untuk menyambung naik kereta api. Disitulah secara tidak sadar aku kehilangan smartphone dari sakuku. Sungguh terhipnotis. Aku menyadarinya setelah turun dari kopaja tersebut. Sementara pelakunya sudah turun terlebih dahulu, tidak lama setelah barang yang mereka incar didapatkan. Namun kejadian ini tidak terlalu kupusingkan. Dengan sedikit upaya, aku mencoba ikhlas merelakan smartphone-ku tersebut yang nilainya tidak terlalu besar.

Peritiwa kedua, sungguh sesak di dada ketika tersadar bahwa aku terhipnotis 3 orang oknum di angkot 07 menuju Aksara, Medan. Pelajaran yang amat berharga. Bukannya tidak pernah mendengarkan nasehat orang-orang bahwa harus berhati-hati dengan orang yang tidak dikenal, terutama ketika berada di fasilitas publik, jangan sembarang ngobrol. Namun aku menganggap enteng saran tersebut. Kini baru terbukti bahwa nasehat itu memang sangat nyata adanya.

Setibanya di Medan pagi hari, aku dan penumpang lainnya turun di loket (pool) CV. Padang Bolak di Jl. SM.Raja. Karena lapar, aku pun sarapan di rumah makan tempat loket Bus tersebut. Setelahnya, aku bergegas menyeberang  jalan untuk mencari angkot menuju Aksara sambil membawa koper yang berukuran cukup besar. Sedikit bertanya-tanya kepada orang sekitar, akhirnya aku tahu angkot 07 berwarna kuning dapat mengantarkanku sampai Aksara. Lalu aku pun me-nyetop salah satu angkot 07. Disinilah peristiwa naas itu terjadi. Dan aku sangat ingat betul trik penipu/penghipnotis/pencuri yang mencari mangsa di angkutan umum yang kualami saat itu. Saat itu semua pelaku adalah 3 orang laki-laki dan berperawakan kebapakan.

Sesaat setelah menaiki angkot 07, berselang 1-2 menit kemudian naik lah seseorang yang tidak terlalu mencurigakan. Orang pertama (Or-1) berambut agak panjang menjulur ke leher, terlihat seperti orang perantau namun kalem. Saat itu aku belum curiga sama sekali. Namun 1 menit kemudian, naik lah seseorang bapak (Or-2) berkulit gelap, memakai kaos berkerah berwarna belang-belang dan mengenakan lobe/peci putih namun tidak rapi. Wah dalam hati aku sudah tidak merasa nyaman karena aku paham betul seseorang yang terbiasa mengenakan lobe/peci tidak akan serampangan/asal-asalan. Posisi saat itu mau tidak mau mengharuskanku mengambil tempat duduk di sudut angkot karena membawa koper. Si bapak berlobe/peci tadi langsung mengambil tempat duduk persis di depanku, sementara orang pertama tadi ada disebelah kanannya.

Belum terjadi diskusi saat itu. Namun sekitar 1 menit berikutnya, naiklah orang ketiga (Or-3) bertubuh gemuk, kulit gelap, memakai baju kemeja, menyandang tas kantor dan langsung saja mengambil tempat duduk persis sebelah kiri-ku. Aku terpojok, aku dihimpit olehnya dan aku benar-benar sangat tersudut. Belum lagi koper yang kutaruh didepanku semakin menambah sensasi sempit di angkot tersebut.


Meraka pun memulai dramanya.

Koper yang semula didepanku digeser menjadi persis berada diantara Or-1 dan Or-3, karena si Or-2 merasa koper tersebut menimpa kakinya sehingga Aku dan Or-2 tidak terhalang oleh koperku tadi. Setelah itu, Or-2 (bapak berlobe/peci) beraksi dengan modus mengeluarkan selebaran-selebaran kecil yang berisi tulisan promosi pengobatan alternatif yang dapat mengobati penyakit kronis, dan dibagi-bagikannya ke Or-1, Or-3 dan Aku. Sebenarnya malas sekali menerima selebaran promosi yang begituan. Tetapi karena duduk persis di depanku, aku terima begitu saja. Bagiku yang lulusan S1 Fak. Kesehatan Masyarakat USU tidak semudah itu langsung percaya metode pengobatan yang begituan. Apalagi selebarannya sangat tidak menarik dan hanya berwarna hitam putih (a.k.a fotokopi-an). Ok, aku terima selebarannya dan hanya kupegang. Mulailah Ia berpromosi lewat bicara,

“Kami dapat mengobati berbagai penyakit dengan metode penyembuhan bla...bla..bla”.
Aku cuek aja.
Or-1 terlihat berminat dan sok asyik, lalu ngomong, “Alamatnya dimana Pak?, bisa untuk wanita juga kan?”
“Oh bisa, bisa Pak”.

Lalu aku kaget, tiba-tiba Or-2  ini malah nanya ke aku  dengan gaya sok akrab:

‘Dari mana Bang”
(aku diam aja)

“Saya bisa memeriksa abang punya penyakit atau tidak. Sudah berumur berapa sekarang?”,

Mungkin karena sifat dan karakterku yang mudah akrab dengan orang, sekalipun baru dikenal, akhirnya aku menjawab, “Tebak lah umur berapa?, lagian aku masih muda. Belum ada penyakit serius”.

Sungguh sial/naas, aku pun terpancing juga dalam obrolannya.

“Coba sini tangan Abang aku periksa”,

Langsung dia pegang tanganku yang masih memegang koper.
“Udah, gak usah Pak. Gak Perlu”, jawabku.

Tapi tetap saja dia kusuk jemariku. Lalu Aku tarik jemariku, namun tangannya liar mengusuk kakiku sebelah kiri.

Denyut nadiku bergemuruh. Berusaha aku hindarkan kakiku, dan kulepaskan tangannya. Namun karena posisi tersudut, Dia kembali mudah menjangkaunya. Aku benar-benar jadi mangsa, jadi bulanan mereka. Sempat aku berdoa kepada Ilahi Rabbi  di dalam hati agar terhindar dari niat jahat orang. Namun ntah kenapa pikiranku hanya fokus pada koper di depanku, kedua ponsel di saku kiri dan kanan celana. Tetapi mengabaikan saku kiri belakang celanaku yang aku sisipkan uang sebanyak 5jt rupiah. Tidak terpikirkan sama sekali olehku.

Sementara penumpang lain acuh tidak acuh memerhatikanku. Aku heran, tidak sedikitpun mereka tergerak menolongku. Apalagi supir angkot, yang kuat dugaanku sebenarnya bekerjasama dengan oknum pelaku hipnotis ini, hanya asyik mengemudikan angkot ke depan.

Masya Allah, memang sungguh naas. Sekitar setengah menit Or-2 ini meraba-raba kaki kiriku. Akupun tidak sadar bahwa uang 5jt telah raib dari saku belakangku. Aku tidak tahu persis siapa yang mengambilnya. Apakah si Or-2 atau si Or-3.

Aku tidak diajak ngobrol lagi, namun pikiranku belum juga sadar hingga secara beratur mereka turun dari angkot.

Angkot berhenti, si Or-2 turun lebih dahulu, lalu 1 menit disusul Or-3. mereka cepat sekali menjauhi angkot tersebut. Agaknya ada seorang penumpang yang mulai curiga dengan gerak gerik turunnya mereka.

‘Hei Bang, coba cek kantong dulu. Ada yang hilang gak?”, tanyanya ke arahku.

Baru aku tersadar.
Aku periksa, ternyata benar. Uang di kantong belakangku hilang. Aku panik.

“Wah...aku kirain tadi itu teman abang. Lain kali gak usah mau diajak ngobrol sama orang yang gak dikenal”, tambahnya.

Penumpang lain pun spontan, “Stop Bang supir, berhenti. Ada yang kecurian ni”, kata penumpang lainnya.

Suasana isi angkot berubah jadi panik, takut dan bercampur iba melihatku. Angkot berhenti.

“Kejar bang sebelum jauh orangnya”, seorang pemumpang lain menyarankanku.

Aku buru-buru turun, namun aku tetap ingat koper yang kubawa. Karena penumpang angkot agak ramai, aku kesusahan menurunkan koper, dan tentu saja sedikit memperlamaku untuk turun.

“Udah kejar aja langsung Bang, gak usah bayar angkot lagi. Cari aja becak”,

Aku gak tahu lagi siapa yang mengatakannya. Tapi karena aku sudah terbawa panik, aku turuti saja saran itu. Angkot tersebut kemudian bergerak maju. Aku tungguin sesaat becak yang mau melintas ke arahku. Aku hentikan seorang abang becak.

“Bang, bisa putar balik. Aku kena hipnotis nih. Sekitar semenit yang lalu”
“Oh, iya Bang. Ayok...!”, jawabnya serius sambil membantuku menaikkan koper.

“Berapa kena Bang”, tanyanya.
“Aduh sial kali bang. Kenapa aku gak sadar ya. 5jt Bang...” jawabku.
“Lumayan Bang, ke arah mana”.

Aku menujukkannya ke arah persimpangan dekat dengan stasiun Bus Batang Pane Baru. Namun tidak terlihat lagi. Kami putar lagi becaknya, melihat ke sekeliling untuk kedua kalinya. Namun mereka berdua tidak tampak lagi.

Sekiranya aku sedikit tenang sedikit saja, tentu aku tidak melupakan Or-1 yang masih dalam angkot. Dari Or-1 ini bisa saja aku mintai keterangan dan menuduhnya mau merampokku. Aku menduga dia mengincar koper yg kubawa. Berharap aku terbawa panik dan meninggalkan koperku dalam angkot. Tapi untung saja aku masih memegang erat koper ku. Dan di saat panik pun, aku  masih kepikiran koper tersebut. Lemas, lesu, kesal, murung, sedih yang luar biasa tiba-tiba menyeruak ke dalam pikiranku. Lunglai terasa.

"Udah lah bang, gak nampak lagi. Abang antar aja aku ke Jl. Pancing III. Berapa bang?”, tanyaku. Setelah deal dengan tarifnya, kami pun jalan.

Si abang becak mencoba meredakanku. Dia ceritakan bahwa Amplas dan Pasar Sambu merupakan kawasan paling rawan akan peristiwa yang baru saja kualami.

“Aku sebenarnya tahu Bang orang-orangnya, ya tahu sekedar gitu lah. Dari pakaian mereka, tampang mereka, sedikit mencurigakan.tapi gak enaklah main tuduh aja. Nanti berantam pula bang.”, dia menjelaskan.

Aku pun meng-iyakan dalam hati. Karena benar, orang-orang yang berprofesi seperti itu hanya bisa dihakimi saat tertangkap tangan sedang melakukan aksinya. Atau paling tidak kita punya bukti kuat akan barang yang diambilnya.

Sepanjang jalan dia juga menceritakan beberapa peristiwa yang langsung dia lihat. Salah satunya tentang seorang wanita tidak sadar ketika ada seorang pria meraba-raba payudaranya dengan leluasa. Na’udzu billah....tsumma na’udzu billah....

Jadi begini,
Dari pengalamanku di atas aku mau memberi poin-poin penting, dimana ini juga akan selalu kuingat seterusnya sejak peritiwa tersebut menimpaku :
Ä   KALAU ADA BARANG BAWAAN, APALAGI YANG MENCOLOK SEPERTI KOPER DAN TAS BESAR, USAHAKAN TIDAK MENAIKI KENDARAAN PUBLIK. NAIKI SAJA TAKSI, ATAU CUKUP BECAK. ATAU MINTA DIJEMPUT OLEH KERABAT, TEMAN DEKAT, DLL.
Ä        JANGAN LETAKKAN DOMPET/UANG DI SAKU BELAKANG KETIKA MENAIKI KENDARAAN PUBLIK, DAN BERADA DI FASILITAS PUBLIK LAINNYA (TERUTAMA ANGKOT). ATAU BIAR LEBIH AMAN, CUKUP PEGANG SAJA UANG UNTUK BAYAR TARIF ANGKUTAN, DAN SELEBIHNYA DISIMPAN DALAM TAS. DAN TAS TERSEBUT LETAKKAN PERSIS DI DEPAN KITA.
Ä  USAHAKAN TIDAK MEMBAWA UANG CASH (KONTAN). BIASAKAN MEMBAWA DAN MENGIRIM UANG LEWAT REKENING (ATM).
Ä    JANGAN SEKALI-KALI MAU DIAJAK NGOBROL OLEH SESEORANG YANG TIDAK DIKENAL KETIKA BERADA DI FASILITAS PUBLIK. (ABAIKAN SAJA).

Minggu, 23 Maret 2014

Terlarut dalam pembiaran


Sangat sulit untuk menemukan motivasi jika anda dalam keadaan tertekan. Maka dari itu Hilangkan beberapa perasaan negatif dalam diri anda. | @kata2bijak
Dalam menghadapi masalah biasanya kita lebih fokus pada kesulitan diri sendiri daripada solusi penanganan masalah itu sendiri. | @PsikologID

23 maret 2014  00.06 WIB
Kini aku hampir berada di jurang keputusasaan, lemas, lesu, sangat tidak semangat. Hilang gelora yang menjadi bahan bakar aktivitasku. Kalut, sekarang yang ada “hidup segan, mati tak mau”. Nilai, niat suci, kebiasaan baik, dan semua hal positif telah aku coba latih beberapa bulan yang lalu -ketika kaki baru beberapa minggu menapaki kota Semarang-, kini sirna, hangus atau tercemar dengan polusi kendali emosi yang lepas kandang.

Saat itu kuberjuang demi Rabb-ku, demi cita-cita, demi si belahan hati, demi keluarga dan demi hal baik lainnya. Ku training hati, jiwa dan fisik untuk mempersiapkan sebisa mungkin menuju yang dicitakan. Namun ada saja alasan diri untuk menerima atau melawan dinamika yang ada. Aku jatuh terperangkap dalam kekecewaan yang dalam. Memilih betah memberontak bisikan hati yang begitu murni. Memaksakan diri asyik dalam kesunyian dan kesendirian. Aku pilih aku begini....

Siapa lagi yang lebih bisa memahami mu selain keluarga? lalu bagaimana rasanya ketika keluarga mempermainkan niat baik mu?

Si belahan hati, bagaimana rasanya menyadari diri bahwa kamu hanya bisa menyakitinya saja? Memberi harapan yang tinggi lalu membantingnya dengan ketidakpastian. Bahkan jika kamu memang tega melakukan kontak fisik untuk melampiaskan amarah mu?. Tolong jelaskan padaku jika kamu merasakan itu?

Karena kalau aku sendiri, kini menjadi mayat berjalan. Tanpa ruh, perhatian maupun suntikan dukungan. Aku berjalan tanpa arah yang pasti. Mengikuti aliran waktu. Berpasrah total menyerahkan diri pada lalu lintas kehidupan semu, full hopeless...

Karena kalau aku sendiri, kini merasa santai melepaskan ‘dia’ wanita hebat yang berhak bahagia tanpa melalui aku. Aku mengenali diriku yang akan membuatnya kecewa nanti bila tetap lanjut bersama. Melepasnya demi kebahagiaannya, atau agar sekedar tak merana....

Dua ‘tweet’ di awal tulisan tadi sangat aku banget. Tapi untuk  menghilangkan kecewa ini, aku tidak yakin segera. Memerlukan waktu yang tidak pasti meredakannya sedikit demi sedikit. Sebenarnya aku juga gak yakin bakal hilang, karena secara sadar aku memutuskan membiarkan diriku terlarut hanyut, pontang panting, tergopoh-gopoh, tersesat dalam lika-liku efek emosional itu sendiri.

Usah kasihani aku. Karena aku tak berbelas kasihan juga. Aku melalui waktuku dengan skenario yang sudah tertulis koq, jadi ngapain juga aku harus stress merencanakan atau mempersiapkan ini-itu lagi. Terserah kalau ini salah, biarkan saja aku siuman menuju kegilaan jiwaku...
next previous home