Sabtu, 30 November 2013

Shaleh kah...

Semarang, 28 Nopember 2013 | 03:21 WIB

Dear Mak, dan Pak...

Apa kabar kalian di dini hari ini?
Aku harap kalian masih beristirahat dengan pulasnya. Tapi kalau mamak biasanya sekitar jam 4  atau setengah 5 sudah bangun menunaikan shalat tahajjud, lalu mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga seperti biasanya.

Sudah lama aku ingin menuliskan sesuatu tentang diriku yang kurasa jauh dari apa yang Bapak sama Mamak pikirkan selama ini.

Sebelumnya aku senang, sebagai anak pertama aku terus menjaga semangat belajarku. Dan Alhamdulillah hingga aku bisa kuliah pascasarjana di Semarang saat ini. Aku berharap itu menular kepada adik-adikku. Aku syukuri semua itu.

Tapi Mak...Pak, apalagi buat Mamak Hajjahku tersayang....

Tiap kali menelepon dengan Mamak, Mamak secara langsung menyapa, “Apa kabar anak mamak yang shaleh?”

Bagai gemuruh petir, aku sedih namun tetap berharap bisa menjadi anak Mamak yang shaleh. Sebenarnya diriku ini jauh dari keshalehan Mak, Ada begitu banyak dosa yang anakmu ini lakukan. Walau terlihat semangat dalam kuliah, tapi hati ini sebenarnya kotor oleh begitu banyak noda dosa.

Mak....Pak.... maafkan anakmu ini,
Aku tetap berusaha menjadi salah satu anak kalian yang shaleh. Semoga Allah menerima taubat anak kalian ini. -amiin-

Di perantauan ini aku belajar banyak hal, khususnya belajar mandiri. Namun tidak bisa kuelakkan betapa masih tergantungnya diriku pada kalian. Terkadang sengaja aku simpan dan sembunyikan beberapa keinginanku demi terlihat mandiri. Aku pendam masalahku, aku sampaikan yang baik-baik saja. Hingga lucunya malah aku sesekali bersikap normatif/ formal pada orangtua ku sendiri.

Aku bermohon kepada Allah agar Mamak dan Bapak diberi umur panjang, diberi kesehatan dan dikaruniakan hati yang selalu merasa dekat dengan-Nya. -amiin-

Aku masih terlalu muda untuk membahagiakan kalian. Masih jauh jalan yang mesti kutempuh dan masih butuh segudang waktu untuk menunjukkan siapa jati diri anakmu ini. Karenanya aku bermohon tetaplah bersamaku sampai hari itu tiba.

Sungguh perpaduan nama bapak dan mamak adalah doa bagi darah daging kalian agar kami menjadi “Dzurriyatu  as-syaakiriin” (keturunan yang bersyukur).

Di akhir,
Aku cuma mau bilang sama Mamak...
Jangan terlalu membayangkan betapa shalehnya anak mamak ini. Biarkan aku belajar menuju kesana ya Mak...
Walau aku malu dan tak pandai bagaimana mengungkapkan rasa cinta anak pada orangtuanya. Tapi aku juga berharap (doa) agar aku punya Bapak yang shaleh dan Mamak yang shalehah serta adik-adikku yang shalihiin.........
#amiin

Sedikit Cerita Kenalan

Kamis, siang hari di bulan Nopember....
Cuaca di luar sedikit mendung, ditambah tiupan angin semakin menandakan sebentar lagi hujan di Kota Semarang.
Tiba-tiba saja aku ingin menceritakan beberapa teman dekat yang sering bertegur sapa selama ±3 bulan di Semarang.

Ada Pak Aminoto, asal Palu. Tinggi badannya tidak jauh beda denganku. Kini berusia 40-an. Bapak ini kebetulan teman satu kosan dan satu konsentrasi di kuliah S2-ku. Kata bapak ini, orang palu gak bisa makan kalau gak ada ikan laut. Karena tempat asalnya mungkin di dekat pantai, dimana ikan laut mudah dan murah ditemukan. Ia bercerita kalau Ia sudah PNS sejak D-I dulu. Kebetulan pada tahun bapak itu sekolah, masih banyak berlaku sekolah ikatan dinas. Luar biasanya, bapak ini sudah ditempatkan dimana-mana saja. Ambon, Maluku, Papua,  hingga akhirnya sekarang menetap di Palu. Wah....kalau sudah cerita pengalaman, awak yang muda ini jadi pendengar yang baik saja. Banyak manut kata orang jawa, hehe. Aku jempolnya bapak ini merintis pendidikannya benar-benar dari D-I ke D-III di Surabaya ke S-I di Unhas dan sekarang kami bareng di MIKM Undip Semarang. Jadi kebayang kan pengalaman beliau. Secara, D-I dan D-III itu orang lapangan. Karenanya di profil FB bapak itu dengan PD-nya menunjukkan foto terpilihnya Ia menjadi salah satu tenaga kesehatan di Jakarta beberap tahun yang lau. Ajiibbb dahh....

Kemudian Mas Budi (Budiyanto Alhaliki), teman sejawat tapi lebih tua setahun dariku. Kuliah S2 Manajemen Sistem Informasi. Ia berasal dari Gorontalo. Yang pernah aku dengar, kabupaten Gorontalo adalah kota seribu pesantrennya Sulawesi. Kalau di Sumatera ada di Aceh. Maka gak terlalu heran kawan yang satu ini kental dengan nuansa islaminya. Kalau tidak karena kuliah, mungkin Mas Budi ini selalu pakai Gamis jika keluar rumah. Dialeknya khas banget. Terus di wajahnya tampak jelas atsaaris sujuud (hitam di dahi) tanda ia sering bersujud menunaikan banyak shalat sunnah. Semoga tetap istiqamah hingga ajal menjemput -amiin-. Kemarin itu sempat nyicipi sambal tradisonal Gorontalo, rica-rica namanya. Sambal ikan laut yang dipotong-potong kasar dengan rasa pedas yang luar biasa. Hehe. Orang Gorontalo aja sering ke toilet malamnya gara-gara banyak makan rica-rica, apalagi aku orang Medan. Ampuun.

Mas Eko, itu nama teman yang ketiga. Ia berasal dari Samarinda (Kaltim), tapi mbah-nya (oppung) tinggal di Jogjakarta. Artinya dia memang keturunan Jawa yang lahir di Samarinda. Makanya bahasanya sedikit medok seperti ngomong orang jawa kebanyakan. Mas Eko ini sedikit lebih gemuk dibanding kami bertiga. Tapi masih ideal. Sebenarnya ia satu jurusan dengan Mas Budi, cuma beda konsentrasi. Kalau Mas Budi S1-nya berlatar komputer, Mas Budi ini Matematika. Jadi mereka berdua punya jadwal kuliah yang sedikit berbeda. Familinya banyak tinggal di Surabaya dan Jogja. Jadi terkadang Ia mengisi liburannya dengan berkunjung ke sana.

Ada Mas Suwitno, asal gorontalo dan Jurusan MSI juga. Ia berkulit sedikit gelap. Di Semarang ini, orang Gorontalo kebanyakan ngumpul di kos-kosan yang sama. Walau beberapa diantara mereka ada saja yang berperilaku “badboy”, tapi Mas Suwitno ini gak termasuk kesitu. Hehe. Aku, Mas Budi dan Mas Suwitno ini sama-sama penerima beasiswa BPP-DN. Di penghujung november ini, kami sering bertukar pikiran dan bercanda ringan membahas beasiswa yang belum cair-cair juga. Padahal kampus lain (IPB, UI, ITB, UM) sudah cair beberapa minggu sebelumnya. Biar lah...belajar bersabar.

Kenalanku asal Tegal bernama Mas Maulana. Yang paling aku ingat saat dia secara sukarela ngasih aku software TOEFL. Itu sangat bantu banget belajar bahasa inggris otodidak. Awalnya sepulang shalat maghrib di mesjid Al-Furqan, Mas Maulana ini berbincang-bincang dengan temannya (Mas Yusuf). Aku samperin, mulailah betegur sapa dan saling mengenalkan diri  masing-masing. Secara fisik, Mas Maulana juga agak gemuk, berkulit gelap tapi mudah banget senyum. Hehe. Tanya punya tanya, ehh...Mas ini malah lebih muda setahun ketimbang aku. Dia sudah menjadi guru honorer di SMPN di kampungnya. Dia meneruskan studi S2-nya dengan biaya mandiri. Ya...walau masih dibantu orangtua. Setidaknya semangat belajar itu tampak jelas pada kawan ini.

Oh iya....aku malah sempat lupa bercerita teman kos-ku sendiri. Satu orang sudah kuceritakan di atas (Pak Amin).
Di kos-kosan Bu Ali ini, aku tidak terlalu dekat dengan teman lainnya. Hanya bertegur formal, dan basa-basi saja. Ada satu orang yang cukup dekat, Mas Umam namanya (Khoirul Umam). Ia asal Rembang, salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Walau terlihat sangat dewasa, ternyata Mas Umam ini lebih tua setahun saja dibanding aku. Ia bekerja di Unilever. Orangnya santun banget. Yang aku sesalkan, pernah ia sampaikan ingin belajar ngaji qur’an samaku, tapi sampai saat ini belum pernah kami kerjain. Tidak mau menyalahkan, tapi kami memang punya rutinitas yang gak sinkron. Tapi orangnya tetap baik. Kami sering nonton Tivi bareng dikamar Mas Ronny. Ia rajin puasa senin-kamis juga. Dan sering ngasih snack samaku. Jazakallah ya Mas...

Mas Sihombing (sering aku panggil ‘Bang’ juga) salah satu teman kos, kamar kami berhadapan langsung. Sudah jelas, Abang ini berasal dari Medan. Tapi Ia sudah tinggal ±16 tahun di Jawa. Kalau dialek bicara, walah....dah medok banget, banyak yang menyangka abang ini bukan orang Medan. Sampai sekarang aku gak tahu siapa nama asli abang ini. Sedikit misteri, dan segan buat aku nanya-nanya tentang pribadi abang ini. Abang ini non-islam, tapi peduli banget dengan kebersihan kos. Sering aku membaca qur’an di kosan, abang ini tetap bersikap sopan dan menghargai. Ia bekerja di Frisian Flag, sebuah industri dengan produk utama susu. Sedikit aku telisik, abang ini sudah berkeluarga. Namun istrinya tinggal di Jogja karena dosen di salah PTS di sana. Umurnya sudah 40-an, tapi tetap enjoy dan akrab (red-gaul) dengan kami-kami yang jauh lebih muda darinya.

**************************************************************

Gak tahu ya kenapa aku bercerita tentang mereka.
Di perantauan susah mendapatkan teman yang pas di hati. Kayaknya karena sebentar lagi aku pindah kos. Tanggal 6 Desember 2013 nanti adalah hari terakhir aku di kosan Bu Ali ini.
Aku bakal bareng Bg Rudin Harahap. Orang Sidempuan yang kini tinggal di Kalimantan. Pangkalan Bun kalau gak salah nama daerah abang ini tinggal. Kami mengontrak rumah di Jalan Kelud Raya. Tarifnya ekonomis, terjangkau. Walau letaknya agak jauh dari kampus.
Semoga betah di sana nanti...

Minggu, 24 November 2013

Sya'ir Pendosa

وَاللهِ لَوْ عَلِمُوْا قَبِيْحَ سَرِيْرَتِيْ
Demi Allah, seandainya mereka mengetahui jeleknya hatiku,

لأَبَى السَّلاَمَ عَلَيَّ مَنْ يَلْقَانِيْ
Niscaya orang yang bertemu denganku akan enggan menyalamiku,

وَلَأَعْرَضُوْا عَنِّيْ وَمَلُّوْا صُحْبَتِيْ
Mereka akan berpaling dariku dan bosan berteman denganku,

وَلَبُؤْتُ بَعْدَ كَرَامَةٍ بِهَوَانِ
Aku akan menjadi hina setelah mulia,

لَكِنْ سَتَرْتَ مَعَايِبِيْ وَمَثَالِبِيْ
Tetapi Engkau menutupi kecacatan dan kesalahanku,

وَحَلِمْتَ عَنْ سَقَطِيْ وَعَنْ طُغْيَانِيْ
Dan Engkau bersikap lembut dari dosa dan keangkuhanku,

فَلَكَ الْمَحَامِدُ وَالْمَدَائِحُ كُلُّهَا
Bagi-Mu lah segala pujian,

بِخَوَاطِرِيْ وَجَوَارِحِيْ وَلِسَانِيْ
Dengan hati, badan dan lidahku,

وَلَقَدْ مَنَنْتَ عَلَيَّ رَبِّ بِأَنْعُمِ
Sungguh, Engkau telah memberiku nikmat yang begitu banyak,

مَالِيْ بِشُكْرِ أَقَلِّهِنَّ يَدَانِ
Tetapi aku kurang mensyukuri nikmat-nikmat tersebut,

[Nuniyah al-Qohthoni hal. 9 ]

Selasa, 29 Oktober 2013

Manajemen dalam Kecukupan

Aku belum mengerti bagaimana cara memanajemen diri. Dari yang aku pelajari, manajemen diperlukan karena sumber daya yang terbatas. Kalau memang punya sumber daya yang melimpah dan tidak terbatas, maka manajemen tidak diperlukan. Tapi anehnya, ketidakmampuan memanjemen diri ini bukan karena aku punya fasilitas tidak terbatas. Sombong sekali aku bila menyebut begitu.

Secara materialistis, aku memang punya keluangan waktu yang cukup banyak dan materi yang bisa dibilang pas-pasan. Tapi kan itu bukan jadi alasan untuk tidak bisa belajar manajemen. Apalagi manajemen diri.

Kalau aku sinkronkan dari apa yang kupelajari di filsafat ilmu, sesungguhnya aku mengalami aksidensi yang sangat banyak. Hal itu sangat berpengaruh pola pikirku yang mencoba berusaha bekerja secara ontologis. Aksidensi adalah pikiran-pikiran pengganggu, kurang penting, emosional, dan sejenisnya. Sementara Ontologis adalah pikiran essensial, fokus, hakiki, inti. Dan akhirnya aku memahami di usiaku yang masih muda ini, aku belum bisa memaksimalkan fungsi akalku berpikir rasional dan objektif.

Sering sekali aku bertanya dalam hati, apa yang sedang kujalani ini adalah benar pilihanku/keputusanku sepenuhnya, atau sebenarnya aku ini cuma ikut-ikutan saja?. Pertanyaan itu makin lama malah semakin kuat ketika aku membandingkan pola hidup yang kujalani dengan orang-orang yang asyik-mansyuk dengan rutinitasnya.

Dari pandangan mataku, mereka mampu memanajemen aktivitas, emosional, sosial dan spritual mereka secara nyata. Sedangkan aku justru hanya mencari pembenaran ini itu agar bertahan pada posisi ‘aman’. Sedikit agak aneh kalau pikiran dan tenaga di masa muda ini dimanjain begitu saja, tidak diasah agar terlatih.

Di sisi lain, aku terobsesi dengan stigma “EGP (emang gue pikirin)”, “Santai aja Bro”, “Ntar ada masanya kita sibuk masing-masing sobb”, dan lain-lainnya. Pikiran-pikiran ini sangat kontradiktif dengan pikiran di awal tadi. Tapi justru pada saat ini paling mempengaruhi persepsiku. Soalnya bisa buat pikiran lebih fresh, tidak stress dan tidak buat panik.

Karenanya aku tidak bisa menyalahkan orang yang ingin mengatakan kalau aku plin-plan, inkosistensi, atau labil. Wathever lah....

Aku sebenarnya tidak suka dikatakan demikian. Karenanya aku bisa jadi membenci diriku kalau itu menjadi tipe diri, watak bawaan, atau sifatku yang menjadi pembeda dengan yang lain. Sungguh sungguh benci. Tapi tidak tahu kenapa, terkadang karena hal-hal seperti itu lah sebenarnya membuat aku lebih mudah fleksibel dan adaptif terhadap sekelilingku.

Finnally,
Aku mencoba memastikan diriku untuk tidak putus aja menjalani karunia hidup ini. Kemampuan manajemenku harus ditingkatkan lagi. Tidak usah berpikir hal yang besar, cukup manajemen diri saja dulu. Mencoba menyehatkan ‘akal dan hati’, mendisiplinkan ‘langkah’ menuju mimpi/ cita-cita. Dan itu semua harus ada terobosan nyata nya. Ada konkretnya. Bukan sekedar akal-akalan saja.

Yaa Rabb......bantu hamba menjadi Manajer. Amiin !

Sabtu, 12 Oktober 2013

Kenapa Lagi?

Berjuta kali deklarasi tanpa bukti......
Berjuta mimpi tanpa satu langkahpun kita mulai.....
Ternyata kita masih di sini.....
Terdiam sendiri dalam sepi.....
Karena sejatinya perobahan demi perobahan yg semestinya terjadi.....
Justru kita takuti & jauhi.....

(Zainul Muslimin F)

Selasa, 17 September 2013

Kisah Teladan : Bukan Pembenci Kekayaan

Keteladanan sejati seperti ini jarang terekspos oleh media,
karena orientasi hidup zaman sekarang yang berporos pada kemapanan, kemewahan, dan kekuasaan.
Seperti kisah nyata berikut ini,
yang diceritakan oleh seorang rekan yang sedang kuliah di Mesir.
Selamat membaca dan memetik inspirasi:

Saya punya seorang kenalan. Beliau seorang dokter yang menjadi salah seorang pengurus Ikatan Dokter Mesir. Istrinya juga seorang dokter ahli kandungan. Menurut pandangan saya, mungkin kita semua juga sependapat kalau orang seperti beliau bisa hidup pada kalangan menengah ke atas. Sebab suami-istri sama-sama dokter, dan sudah menjadi dokter ahli.

Tapi kenyataannya rumah beliau tidak lebih mewah dari rumah sewaan mahasiswa. Tidak punya mobil pribadi, kemana-mana naik angkot. HP yang saya miliki lebih mewah dari HP beliau.
Pakaiannya sederhana, kalau orang baru kenal akan mengira beliau seorang bawwab (satpam apartemen). Namun di samping itu beliau sangat dermawan, banyak bersedekah dan bantu orang.
Lama saya penasaran dengan beliau, kenapa gaya hidupnya begitu.
Tidak mungkin ia tidak mampu untuk hidup lebih layak. Sampai pada suatu kesempatan saya beranikan diri menanyakan hal itu kepadanya.

Jawabannya membuat mata saya jadi berkaca-kaca:
"Akhi, aku bukan tidak mampu untuk hidup mewah dan menjadi orang kaya. Aku juga tidak mencela kawan-kawan yang hidup dengan mewah. Aku bukan pembenci kekayaan. Tapi.....untuk diri pribadi dan keluargaku, aku memilih kehidupan seperti ini di dunia yang sementara ini.
Aku lebih tahu tentang pribadiku. Aku takut kalau sudah terbiasa hidup bergelimang kemewahan akan susah meninggalkannya. Selangkah demi selangkan syetan akan menjerumuskan ku untuk menjadi pencinta dunia. Akhirnya aku jadi orang yang lupa, bahkan takut untuk kembali ke akhirat. 
Di samping itu aku cemas tidak bisa mempertanggungjawabkan itu semua di hadapan Allah nanti. Hisab akhirat itu amatlah berat.
Sekali lagi aku tidak mencela orang yang memilih hidup mewah selagi itu pada batasan yang dihalalkan Allah. Kita punya pilihan hidup masing-masing. Dan aku bahagia dengan gaya hidup bersahaja ini".


Mungkin banyak orang seperti beliau di Mesir ini, beliau hanya salah seorang di antara mereka. Orang yang memilih kehidupan yang tidak mudah ditiru oleh sembarang orang. Hanya orang pilihan yang mampu seperti itu.

Di samping seorang dokter, beliau juga ahli fiqih dan ushul fiqh. Beliau pencinta ilmu hingga selalu menyempatkan diri untuk talaqqi kepada masyayekh. Hafal al Qur'an dengan lancar dan ribuan hadits, serta kuat melakukan banyak ibadah.

Allahumma tawaffana musliman wa alhiqna bishshalihin.

Sumber: putramelayu http://is.gd/Dl1DT7

Sabtu, 07 September 2013

Javanese Character

Well, kali ini bercerita watak atau bisa dibilang sifat/karakter suku Jawa.

Alhamdulillah...sebelumnya segala puji bagi Allah yang mengizinkan hamba-Nya menimba ilmu di perantauan. Ya.... Aku melanjutkan studi Pasca Sarjana di Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya di Universitas Diponegoro (UNDIP). Dan yang membuat bibir dan hati ini semakin bersyukur pada-Nya adalah karena aku menjalani studi ini dengan beasiswa dari Dikti (Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan).


Alhamdulillah....alhamdulillah....alhamdulillah.....

Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut dengan suku dan budaya setempat. Karena di Sumatera Utara, aku juga tumbuh besar di lingkungan transmigrasi dimana kebanyakan teman-teman kecilku adalah bersuku Jawa. Bahkan parahnya, aku sempat kikuk/terbata-bata mengucapkan bahasa daerah ku sendiri...

Alaale’ baya (bahasa mandailing – hampir sama maksudnya dengan kecian de loe....). hehe

Postingan ini bukan bermaksud rasis, tapi sebenarnya lebih kepada deskripsi orang-orang bersuku jawa namun bersifat subjektif. Silahkan saja bila berlainan pendapat. Karena ini murni menurut pendapat pribadi juga. So, keep calm ya.....

Di kampung ku sendiri, orang jawa memang terkenal ulet dan telaten. Apa aja kerjaan bakal dilakuin buat menyambung nyawa. Gak ada gengsi sedikit pun. Selain itu mereka ini memang terkenal ramah. Gak heran kalau sedikit ditegur saja mereka langsung merespon “ngge, monggo, nuwun sewu, dan lain-lainnya”, itu saking ramahnya.

Namun tidak tahu mengapa, beberapa orang aku dengar pernah mengatakan kalau orang jawa itu sifatnya lembut di depan, tapi beda di belakang, bak ular berkepala dua gitu. Tapi ini perlu diklarifikasi lagi. Gak boleh juga kita berprasangka buruk sama mereka. Kalau aku justru menanggapi sifat yang gituan ada bagusnya. Mereka pandai menjaga perasaan orang dengan tidak menyampaikan langsung hal-hal buruk didepannya. Di kampungku kebanyakan orang langsung ketus aja menyampaikan uneg-uneg yang tidak dia sukai sama orang lain. Agak kontras gitu lah....

Nah....ada satu lagi sifat yang buat aku segan sekaligus kagum sama orang jawa, terutama dosen atau mahasiswa jawa di sekitaran Undip. Sejauh yang aku amati, para pria nya alim-alim bukan main. Terlepas apakah mereka orang Semarang asli atau pendatang dari Kota sekitaran Semarang.

Itu lho....atsaris sujuud (bekas sujud berwarna gelap di dahi) nya yang khas banget. Bukan hanya satu dua orang, tapi kebanyakan dari mereka. Bukan dosen atau mahasiswa aja, tukang sate juga. Subhaanallah.....

Kalau sudah melihat mereka-mereka ini, dalam hati ada keirian yang teramat sangat. Dan tak jarang bergumam “wah.....cemen aku ini. Gak seberapa diriku dibanding orang-orang ini”.  Hehe. Serius lho....

Belum lagi kalau aku jalan-jalan ke perpustakaan, lihat biodata pengarang/penulis buku sebahagian besar adalah mereka yang bersuku jawa. Ajib..ajib....kagum kali lah....

Tulisan ini bisa jadi tamparan keras buat suku batak, khususnya diriku sendiri. Walau mereka sebenarnya tidak lepas juga dari kekurangan dan kealpaan. Tetapi, semoga tulisan ini bisa menginspirasi siapapun untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. That’s it !

Semoga betah di Semarang ini untuk 2 tahun selanjutnya. Dan menjadi bagian dari kumpulan semangat hidup manusia lainnya. [jauh berjalan, banyak dilihat]

Salam bloggers........

Rabu, 28 Agustus 2013

Sepenggal Doa

Maha Suci Engkau Pemilik hati,
Kami syukuri anugerah umur dan rasa cinta dari orang-orang yang menyayangi kami,
Mohon tambatkan hati ini pada kasih sayang-Mu,
Eratkan ia dengan karunia syukur dan sabar,
Ampuni kami yang sok tahu mengartikan dahsyatnya cinta selama ini,
Jadikan kami orang-orang yang ihklas berusaha,
Untuk peroleh kemudahan-Mu,
Untuk peroleh keridhaan-Mu,
Amiin Allaahumma amiin.....

Kamis, 22 Agustus 2013

Trik Ditilang Polisi

[artikel bagus dari tetangga sebelah | harap di share ke teman-teman yang lain karena sangat bermanfaat]

Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan menarik ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Dialog antara polisi dan sopir taksi seperti ini.

Polisi (P) : Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK?
Sopir (Sop) : Baik Pak…

P : Mas tau..kesalahannya apa?
Sop : Gak pak

P : Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat nomor taksi yg memang gak standar sambil lalu menulis dengan sigap di buku tilang)
Sop : Pak jangan ditilang deh…plat aslinya udah gak tau kemana… kalo ada pasti saya pasang

P : Sudah…saya tilang saja…banyak mobil curian sekarang (dengan nada keras!!)
Sop : (Dengan nada keras juga ) Kok gitu! taksi saya kan Ada STNK nya pak , ini kan bukan mobil curian!

P : Kamu itu kalo di bilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas) kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH)
Sop : Maaf pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya…Saya mau yg warna BIRU aja

P : Hey! (dengan nada tinggi) kamu tahu gak sudah 10 Hari ini form biru itu gak berlaku!
Sop : Sejak kapan pak form BIRU surat tilang gak berlaku?

P : Inikan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU… Dulu kamu bisa minta form BIRU… tapi sekarang ini kamu Gak bisa… Kalo kamu gak kamu ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot)
Sop : Baik pak, kita ke komandan bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi)

Dalam hati saya …berani betul sopir taksi ini …
P : (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas!?
Sop : Siapa yg melawan!? Saya kan cuman minta form BIRU… Bapak kan yang gak mau ngasih

P : Kamu jangan macam-macam yah… saya bisa kenakan pasal melawan petugas!
Sop : Saya gak melawan!? Kenapa bapak bilang form BIRU udah gak berlaku? Gini aja pak saya foto bapak aja deh… kan bapak yg bilang form BIRU gak berlaku (sambil ngambil HP)

Wah … wah hebat betul nih sopir …. berani, cerdas dan trendy … (terbukti dia mengeluarkan hpnya yang ada berkamera.
P : Hey! Kamu bukan wartawankan! ? Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin (sambil berlalu)

Kemudian si sopir taksi itupun mengejar itu polisi dan sudah siap melepaskan “shoot pertama” (tiba-tiba dihalau oleh seorang anggota polisi lagi )

P 2 : Mas, anda gak bisa foto petugas sepeti itu
Sop : Si bapak itu yg bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yg menilangnya)
Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi, ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi yang menilang. Akhirnya polisi yg menghalau tadi menghampiri si sopir taksi
P 2 : Mas mana surat tilang yang merah nya? (sambil meminta)
Sop: Gak sama saya pak…. Masih sama temen bapak tuh (polisi ke 2 memanggil polisi yang menilang)

P : Sini tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal)

Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp.30.600 sambil berkata “nih kamu bayar sekarang ke BRI … lalu kamu ambil lagi SIM kamu disini, saya tunggu”.
S : (Yes!!) Ok pak …gitu dong kalo gini dari tadi kan enak…

Kemudian si sopir taksi segera menjalnkan kembali taksinya sambil berkata pada saya, “Pak .. maaf kita ke ATM sebentar ya .. mau transfer uang tilang . Saya berkata ya silakan.
Sopir taksipun langsung ke ATM sambil berkata, … “Hatiku senang banget pak, walaupun di tilang, bisa ngasih pelajara berharga ke polisi itu.”
“Untung saya paham macam2 surat tilang.”Tambahnya,
“Pak kalo ditilang kita berhak minta form Biru, gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang Jangan pernah pikir mau ngasih DUIT DAMAI…. Mending bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum!”

Dari obrolan dengan sopir taksi tersebut dapat saya infokan ke Anda sebagai berikut:
SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan Dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat.. Itupun di pengadilan nanti masih banyak calo, antrian panjang, Dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilai tilang. Kalau kita tidak mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat,
disinipun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang.

SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalo gak salah norek Bank BUMN). Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan  SIM/STNK kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang.
You know what!?
Denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50ribu! dan dananya RESMI MASUK KE KAS NEGARA

Kamis, 25 Juli 2013

Lakukan yang Terbaik

Kehidupan ini tidak selalu menuntut kita untuk harus sampai ke puncak,
Kehidupan ini hanya menuntut kita bisa berbuat yang Terbaik, yg dapat kita lakukan pada setiap tahapan pengalaman dan kehidupan kita.

Kehidupan akan memberi kesempatan setiap hari untuk mengembangkan segenap kemampuan & potensi yg dimiliki hingga ke puncak.
Keberhasilan adalah meraih bagian tertinggi yg ada dalam diri.
Dimanakah bagian tertinggi itu ?

Ketika kita bisa memberi yg terbaik dari yg kita miliki , disitulah bagian yang tertinggi, itulah yg bisa disebut dgn Keberhasilan !
Kita tidak perlu membandingkan pencapaian kita dengan orang lain, sebab setiap orang memiliki bagian tertinggi nya yg berbeda-beda.
Bagian tertinggi yg kita miliki boleh jadi adalah bagian terendah orang lain ataupun sebaliknya , jadi terimalah keadaan apapun yg sudah anda capai dan sudah anda perjuangkan lalu kembangkanlah menjadi Titik Tertingi dalam Hidup anda .
Karena tolok ukur keberhasilan ada dalam diri masing-masing yaitu apakah telah memberikan yg terbaik yg kita miliki , apakah kita sudah melakukan Yang Terbaik yang bisa kita lakukan ....???

Bagian terbaik yg diberikan adalah bagian terindah yg akan menjadi Kebahagiaan & Kemuliaan hidup !
Orang yg telah memberikan yg terbaik untuk kebahagiaan orang banyak maka akan menikmati kedamaian & sukacita nurani yg tidak berkesudahan.
Tidak perlu anda bersusah hati dengan penilaian orang , tetapi bersusah hatilah kalau anda tidak pernah berupaya memberi dan berbuat yg terbaik yg dapat anda lakukan.

Sumber : fanpage SL-Books

Senin, 22 Juli 2013

Khatam..khatam..khatam

Bulan ramadhan ini aku punya ‘azzam supaya khatam Qur’an.
Ngerasa aneh aja, koq aku seperti gak bisa ngingat apa aku benar-benar pernah khatam qur’an di bulan ramadhan selama ini???, aku ragu. Bahkan saat di pesantren dulu sekali pun.
Susah banget buat hati konsisten, niat istiqamah. Godaannya...alamak, kuat banget.
Tapi karena dah terlanjur sedih, hina, dan gak nyangka betapa masih buruknya diri ini, InsyaAllah...ramadhan ini harus khatam, harus tuntas.
Beri hamba kekuatan ya Rabb...
Betapa masih kecil mungilnya iman hamba ini. T_T
Di puasa ke-13 ini bacaan baru nyampe QS As-Syura (musyawarah) Juz 25. Walau kelihatan tinggal 5 juz lagi, tapi syetan mudah banget buat gejolak malas di hati.
Pernah juga dulu begitu, hari ke-5 puasa dah baca 10 Juz. Terus abis itu mandek, stop, dan benar-benar henti. Astaghfirullah...kesal mengingatnya..
Amalan ini belum lah seberapa. Bisa jadi kawan blogger juga lebih baik ibadahnya ketimbang saya. Tapi berbuat baik emang butuh konsisten.
Bahkan pernah denger petuah ustadz, amalan kecil yang dikerjakan secara konsisten (istiqamah) bisa menjadi asbab masuk jannah (surga).
Ya Allah...jadikan kami mampu menjaga hati, itiqamah dalam kebaikan, sampai Ia mati menuju-Mu...
#amin

si Kawan dan Scholarship

Gak terasa, hari ini dah puasa ke-13 Ramadhan 1434 H (ikut versi itsbat). Kali ini puasa dijalani hampir berdiam diri aja di rumah di Jl. Pancing. Kalau sore tiba, baru deh keluar cari-cari menu ta’jil, es batu dan nasi buat makan malam. Anehnya, menu ta’jil hampir keseringan itu-itu aja. Es sirup, bakwan dan tahu goreng. Haha

Gak apa-apa, yang penting qana’ah dan berkah. #asyik

Sebenarnya gak terlalu banyak juga peristiwa penting di bulan Juli ini. Masih biasa-biasa aja. Paling gak ada dua hal yang pengen aku ingat lewat tulisan ini.

Penelitan si Kawan yang sudah tuntas, dan Pengumuman hasil penetapan calon penerima BPP-DN. Alhamdulillah, keduanya termasuk berita gembira bagiku.

Walau sempat terseok-seok dan tidak pasti, penelitan si kawan aku coba bantu sebisanya. Bau-bau dinamika pun gak lepas dari kami. Sedikit jengkel, curiga, kesal dan lain-lain lah. Haha

Tapi aku harus maklum dan harus bisa nguasai diri. Aku dah berani buat ini menjadi tanggung jawabku. Malah ini bukannya gratis, jadi semestinya aku wajar dibawah tekanan. Tapi sudahlah, mudah-mudahan si Kawan senang dan bangga dengan gelar yang dia dapat nanti. Semoga ilmunya berkah dan bermanfaat buat modalin masa depan yang jauh.

Nah...kalau yang pengumuman hasil penetapan calon penerima BPP-DN, ini dah aku tunggu-tunggu banget. Soalnya dari schedule waktu yang ada di pedoman Dikti, disebutkan minggu ke-3 emang dah mesti diumumkan penerima-penerima BPP-DN nya. Ini kok masih hasil penetepan yang dari penyelenggara aja.

Bikin penasaran dan buat nunggu-nunggu aja. Tapi seru juga lah...
Banyak juga teman-teman dari USU yang coba, bahkan teman satu fakultas juga. WT, Dyd, Wnn, K’Dn, Ttn, dan lain-lain. Seru ada teman yang sama-sama penasaran nungguin...haha

Semoga hasilnya tak mengecewakan dan berharap yang baik itu dari Allah SWT aja.
==============================================================

Selasa, 02 Juli 2013

Coretan 'Lazy'

Ada masa jenuh, titik dimana “menulis” sama sekali tidak terpikirkan untuk dilakukan. Terkadang bukannya tak terpikirkan, tetapi malas tengah melanda suasana hati. Aneh terasa, ada aja alasan untuk bermalas-malasan.

Kalau lagi sibuk-sibuknya gak sempat nulis karena alasan banyak aktivitas. Kalau lagi kosong gini malas nulis karena gak ada ide, inspirasi dan hampa kreasi.

Huffft....ternyata gak mudah jadi penulis. Padahal kalau gak nulis, gak ada cerita tersisa hari ini. Dan diri menjadi seonggok sejarah yang tak dianggap. Aku sempat berpikir apakah menulis adalah bakat, bawaan lahir atau skill yang mesti diasah.

Ntah lah. Yang aku tahu, kalau seseorang dah suka atau hobby melakukan suatu aktivitas, dianya pasti udah mencintai dan menikmati pekerjaannya.

So,ini sepertinya berarti kalau diriku belum enjoy menulis. Atau bahkan belum memiliki satu pun pekerjaan yang benar-benar dinikmati?. Pusing deh mikirinnya...(haha)

Bukannya aku gak tahu kalau orang-orang besar/populer dan terkenal adalah orang yang suka menulis. Tapi akunya aja mungkin yang nanti tak bernasib jadi terkenal/populer. Halah.....

Lagi-lagi mau nyalahin nasib. Kasihan aku ini. Nasib gak berubah kalau tingkah laku gak diubah dari sekarang. Itu udah kausalitas (sebab akibat).

Biar aja lah malas-malas gini. Ntah mau sampai kapan puncak kemalasan ini. Biar aja kemalasan melakukan sesuatu sampai dia puas, sampai dia muntah, mencret, sakit dan sekarat. Biar tahu rasa dia....(aneh....koq jadi mencak-mencak si 'kemalasan')

Ini adalah bagian dinamika dari suasa hatiku yang tengah galau di masa mudanya. Hati muda berdarah muda, dini tapi sudah tercemari oleh kekhilafan dan cela, sehingga ambigu melihat tujuan niat.

Kasihani hamba ya Tuhan....
Malas ini sulit kali menceritakannya, kenapa, bagaimana, apa dan kapan hadirnya?, tak ubahnya seperti kentut seseorang ditengah keramaian. Terasa aromanya, tapi gak ngerti kenapa mesti aku yang cium, bagaimana suara kentutnya, apa baunya, dan suka-sukanya aja mau kapanpun lewat di hidung.

Ampun...ampun...perumpamaan yang bodoh. Sudah lah, sebelum bertambah aneh nanti tulisan ini.
Bye..... :p

Selasa, 30 April 2013

Pecal Medan ; RM. Panyabungan

Pecal, atau kebanyakan orang dan Wikipedia menyebutnya “pecel” adalah racikan perpaduan sayur rebus + mie + kuah kacang + taburan kerupuk makan. Masih satu rumpun ma “Gado-gado”. Mungkin cuma beda varian bahannya saja.

Jenis makanan ini semacam salad berpasta ala Indonesia. Iya nggak ya? :-)


Jadi bagi kamu-kamu yang hunting menu makanan apalagi seorang vegetarian, wuih...pecal adalah makanan yang recommended banget.

Terlepas dari beraneka macam jenis pecal yang ada di Indonesia, - karena tiap daerah berbeda variasinya-, Medan sendiri punya jenis yang tidak kalah enak. Aku sendiri sangat suka sama makanan jenis ini. Rasa pecal buatan orang Jawa maupun orang Batak di Medan hampir tidak ada bedanya. Tetap lezattt...!

Nah, karena aku tinggal di Daerah Pancing, aku rekomendasiin satu tempat rumah makan yang punya menu pecal khas Mandailing Panyabungan.

Nama Rumah Makannya aja “RM. Panyabungan”. Panyabungan itu sendiri adalah Ibukota Kabupaten Mandailing Natal yang berada di daerah Sumatera Utara. Jadi dari awal udah ketahuan, yang jual pasti Suku Mandailing.


Di Spanduk rumah makan ini tertulis sebenarnya menu unggulan mereka “Soto Panyabungan”. Tapi aku juga belum pernah cicipi. Terus terang, lebih suka pecal ketimbang soto. Hehe

Selain itu ada menu Gado-gado, Ikan sale, Bolut rendang, Daun ubi tumbuk dan Lontong malam.

Rumah makan ini berlokasi di Jl. Letda Sudjono, dekat dengan Mesjid Al-Hidayah Medan Tembung, tidak jauh-jauh banget dari Simpang Aksara. Buka siang hari (sekitar 13:00 WIB) sampai dengan pukul 22:00 WIB malam.

Rumah makan ini termasuk sederhana dan siapa saja bisa menikmati menunya tanpa terlalu khawatir harganya. Kamu hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp. 7.000/ porsi. Murah meriah bukan? :-)

Eits, tapi kita mesti sedikit bersabar juga. Soalnya tempat ini cukup ramai dikunjungi pembeli. Jadi siap-siap untuk mengantri beberapa saat. hehe

So, selamat mencoba ya!

Minggu, 28 April 2013

Kuliner Pagaruyung Medan

Orang medan pasti kenal dengan kuliner ini. kuliner Pagaruyung terletak di Jalan Pagaruyung Kecamatan Medan Petisah kota medan, tepat nya di dekat Sun Plaza dan dekat juga dengan hotel Camridge.


Tempat daerah ini dikenal dengan kampung keling atau little india-nya medan. Tidak terlalu sulit mencari keberadaan kuliner ini karena terletak di pinggir jalan raya.ketika sedikit melewati Sun Plaza, makan langsung terlihat kuliner Pagaruyung ini di sebelah kanan jalan raya.


Namanya juga terletak di tempat yang mayoritas penduduknya keturunan india, kuliner Pagaruyung ini penjualnya rata-rata orang keturunan india. Makanan yang diajajakan familiar, seperti nasi goreng, mie goreng, mie rebus, kwetiau, sate dan masih banyak menu lain.

Minumannya juga disediakan seperti tempat-tempat penjualan makanan pada umumnya seperti aneka macam jus.

Tapi yang membuat unik, di pagaruyung ini memiliki makanan khas tersendiri yaitu martabak telur ala india. Untuk harga makanan dan minuman di Pagaruyung ini bervariasi, tergantung apa yang dipesan. Kalau menurut saya harganya lumayan juga lah.

Pada saat saya makan di pagaruyung ini, saya memesan nasi goreng spesial, mie rebus dan 2 teh botol sosro. Semuanya kena Rp. 40.000 rupiah. Lumayan bukan…?

 

Kalau dibandingkan makan diluar, di tempat biasa pinggiran jalan, harganya di bawah itu. Namanya juga makan di tempat yang sudah terkenal, ya lumayan mahal. Tempat ini juga sudah pernah masuk Tv. Namun anehnya pengunjung disini tidah begitu ramai dan padat. Kalau dari segi rasa, makanan disini lumayan enak.

Silakan buat tema-teman untuk cari tahu sendiri Pagaruyung foodcourt ini! ;-)

Salam Sukses dan Happy blogging selalu.


Sabtu, 27 April 2013

Martabak Piring Murni Medan

Langkah Hari-ku | Wisata Kuliner | Horass Medan !

Kalau memang pecinta kuliner, hobi keliling cari makanan baru sudah tak asing lagi. Kali ini saya berkeliling mencari salah satu kuliner Medan. Yang cukup terkenal tentunya. Ini bukan makanan berat, salah satu makanan ini sudah pernah masuk TV lho.. disponsori dengan produk yang terkenal yaitu Meces Ceres. Martabak piring murni namanya.

Usaha kuliner ini langsung disponsori oleh meces ceres. Martabak piring murni ini terletak di Jl Bogor, Simpang Jl Selat Panjang Kota Medan.

Makanan cemilan. Enak dimakan saat tidak terlalu kenyang. Karena makanan ini memiliki cita rasa yang manis. Kalau saat kenyang, tidak terlalu cocok. Tapi kalau terlalu lapar, makanan ini cukup cocok dimakan sewaktu lapar.

Yang membuat unik, martabak ini dimasak dengan cara yang berbeda. Bukan seperti jualan martabak yang sering kita lihat. Martabak ini dimasak dengan piring yang terbuat dari besi/ aluminium. Kemudian dipanaskan dengan arang. Bukan memakai api kompor gas/ kompor minyak. Dimasak dengan arang,  martabak ini menghasilkan kulit luar yang sempurna menggugah selera.


Ada 2 jenis martabak yang ditawarkan, yaitu martabak yang tebal dan martabak yang crispy. Ukuran martabaknya tidak terlalu besar. Kurang lebih sebesar 5 jari tangan kita ketika jari dibuka lebar. Kalau martabak yang tebal, hampir sama seperti martabak pada umumnya, namun rasanya berbeda, cukup lezat. Yang bikin lebih menarik dari martabak piring ini adalah martabak tipis/crispy nya. Enak dimulut, karena rapuh. Harga martabak ini sagat terjangkau, harga mulai dari harga 2 ribu sampai 6-ribuan.

Kalau mau ngunjungi tempat ini, siap siap ngantri ya?. Soalnya pengunjung lumayan ramai ke martabak murni ini. Apalagi di bulan Ramadhan.
Biasanya martabak ini buka mulai dari jam 5 sore sampai malam hari.

FYI, ini ada daftar menu martabak lengkap dengan harganya.


So, selamat mencicipi !

Jumat, 26 April 2013

Restaurant Solaria Medan

Langkah Hari-ku | Wisata Kuliner | Hari ini hari jumat. Sebenarnya aku berencana mau nonton bioskop di XXI Sun Plaza Medan. Tetapi tadi telat datang untuk menukarkan poin ke grapari Telkomsel. Karena kecewa tak dapatkan tiket gratis Friday Movie Mania Telkomsel, perut pun terasa lapar karena dari pagi belum makan.


Aku pun berniat mencari tempat makan. Pernah iseng-iseng cari di Internet, ada yang nyaranin Solaria. Bagi sebagian orang mungkin dah familiar dan sering makan di restaurant ini. Karena memang hampir memiliki cabang di seluruh Kota-kota besar di Indonesia. Tapi mungkin juga beberapa di antara mereka tidak sempat menuliskan kunjungan pertamanya atau bisa saja merasa tidak merasa special sehingga menganggap biasa-biasa saja momen di Solaria.

Tapi bagi aku, ini sudah Alhamdulillah. Allah masih ngasih rezeki buat nyicipin menu baru di lidah ini.

So karena memang belum pernah, ini kali perdana ke solaria. Dengar-dengar makan disitu porsinya gede dan harganya bisa dijangkau. Akhirnya aku pun langsung melesatkan motorku dari Sun Plaza ke Plaza Medan Fair.
 Solaria di plaza Medan Fair terletak di lantai II. Kalau keluar dari Carrefour, jalan ke kanan terus saja. Dan langsung terlihat namanya restonya terpampang dengan nuansa warna ungu SOLARIA.

Lokasinya mantap, seperti resto berbintang, gak kalah mewah. Memang tempatnya agak-agak remang, tetapi romantis. Banyak pilihan tempat duduk. Mau cari suasana yang agak terang juga ada tempatnya. Tersedia sofa dan tempat duduk biasa.


Di solaria ini sistem pembayarannya di depan. Setelah kita duduk di tempat sesuai keinginan kita, maka pelayan solaria datang menghampiri dan memberi kita daftar menu dan langsung bayar waktu itu juga, kemudian pesanan menyusul datang. Penyajian makanan tidak terlalu lama, karena kalau pun menunggu lama, tidak terlalu bosan karena tempatnya yang nyaman, sofa nya empuk. Sejuk, serta diiringi musik-musik yang memanjakan telinga.

Untuk harga makanan dan minuman di Solaria ini tergolong dapat dijangkau hanya untuk kalangan menengah keatas. Karena harganya lumayan, tidak seperti harga tempat yang umum ramai dikunjungi orang. Untuk kisaran harga makanan berkisar dari harga 10.000-30.000 rupiah per porsinya. Sedangkan minuman harganya berkisar 6000-20.000 rupiah per gelasnya.

Tapi kalau datang kesini, dijamin tidak nyesal deh. Memang kalau dari tampilan menu makanannya tidak begitu menarik mata, biasa saja, tetapi sesendok saja dicoba, wow... lumayan banget ternyata rasanya. Selain rasa, nilai plusnya di tempat ini adalah porsinya yang jumbo. Puas deh kalau makan disini.

Sewaktu Aku makan di solaria  ini, aku memesan Nasi Goreng Special dan Kwetiaw Ayam Pangsit Rebus dengan harga masing-masing 18ribuan dan 20ribuan. Minumannya aku memesan Es Teh Manis dan lemon tea dengan harga masing-masing 6000 dan 10.000. jadi sekali makan di solaria ini kena biaya kurang lebih 60.000. Itu untuk makan dua orang. Bukan hanya makanan nya saja yang jumbo, minumannya juga dihidangi dengan gelas jumbo. Kalau anda orang medan dan pecinta kuliner, aku rekomendasikan deh ke solaria ini. Dijamin mantap.

Selamat Mencoba ! ;-)
 



Rabu, 24 April 2013

Saksi Bisu Sanksi di Lab Kesling

Langkah Hari-ku |  Ini adalah rekaman saat diberi sanksi hukuman "nyanyi" di  laboratorium kesehatan lingkungan FKM USU. Lucu untuk mengenangnya. Peristiwanya tahun 2011 gitu.
Sebenarnya bisa dilihat di youtube langsung.
Tapi, karena dah terlanjur aq upload, sekalian aja aq posting ke blog. Biar ini video gak terlupakan.
Khususnya teman-teman satu peminatan yang tampil dalam rekaman show ini. (haha)

Video ini aq dedikasikan buat teman-teman ku yang penuh semangat,
Mereka diantaranya : "RD" | "MRD" | "BuH" | "FKh" | "MA" | & Si Dokumentator "RH"




Apa tanggapan kalian?
hehe

Selasa, 23 April 2013

Dendam Positif (Story)

Bismillahirr Rahmanirr Rahim ...

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak di depannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: “Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur. “Suara itu berasal dari mulut seorangi insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.

Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajemen Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya:
Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?
Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ? Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?

Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum bagitnya untuk membangkitkan “DENDAM POSITIF”.Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya.Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya.Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA. Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang ke negerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja?
Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain.
Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.

Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; “Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”
Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: “Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku yang paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini”.

Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampai disini? Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company) perusahaan minyak terbesar di dunia. Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan.
Kini perusahaaan ini menghasilkan 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.

Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.Tahukah kisah siapa ini? Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011) menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.
Itulah kekuatan”DENDAM POSITIF” Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita.Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.

Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat “Dendam Positif.”

Dikutip dari artikel Fan Page :  RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF

Minggu, 21 April 2013

a Jogja's Beach




 Maha karya-Nya tercipta lewat pandangan,
Memuji-Nya adalah suatu pengabdian,
Dalam bayang seorang menghamba,
Tiada kuasa selain Ia,

[Parangtritis, Saturday 13th April 2013]


Sabtu, 20 April 2013

Kehilangan Hadir

Aq mendapatimu dalam kebimbangan,
Orang waras yang tak tahu berbuat apa,
Jauh musafir berjalan dengan tempat yang jelas,
Jauh nelayan mengayuh dengan tangkapan yang  pasti,

Namun dirimu menggenggam fatamorgana,
Diluar mengafirmasi kesenangan, di dalam tidak,
Kasihani lah dirimu sendiri,
Bertahan dalam penyiksaan bathin di tiap waktu,
Kau kurung semangat terpatri,
Menjadikan si musuh girang terbelalak,
Adakah kau menyadari,

oh....bukan, kau sungguh menyadarinya,
Karenanya tetap kau bandel-kan saja,
Ngeyel dan keras kepala,

Tunggulah,
Hingga saat kau menjadi 'tak berguna',
Sebenarnya tetap ada guna mu,
Meramaikan budak si musuh,
Sungguh kasihan, sungguh hina,

Keluarkan semua uneg kepesimisan mu,
Kandaskan gairah juang mu,
Sampai ke titik nadir terbawah,

Aku mau tahu,
Seberapa putus asa-nya dirimu,
Hingga lebih rendah dari orang gila sekali pun,

Mengemis pengampunan dan pemaafan,
Terpenjara sebagai napi Iman,
Terhukum sebagai pelaku kriminal akhlak,
Terdakwa sebagai inspirator syubhat,

Lihat dirimu,
Jangan harap oranglain mengasihimu,
Mampus lah dalam stress-mu,
Demikian seterusnya,
Sampai masa yang kau ingini,
Hingga tiba pada satu noktah,
Kau mengalami paling rendah,
Dibanding materi apa pun,

Berusaha bangkit,
Menjadi ada dari ketiadaan,
Menjadi hadir dalam keghaiban,
Menjadi hakim pengambil putusan,
Ketok palu mana yang menjadi pilihan,
Baik atau buruk bukan suatu pukulan paksaan.

Selasa, 02 April 2013

Target si Fresh Graduate


01 Januari 2013....
Ada banyak terjadi di 2012 kemarin tentang moment istimewa maupun keterpurukan diri.

Tahun 2012 adalah tahun dimana aq dengan bangganya dapat meraih S1 ku di FKM USU. Alangkah senang tak terkira aq bisa melekatkan gelar SKM di akhir namaku. Setelah melalui masa kuliah selama empat tahun, masa-masa kampus dengan teman-teman yang beraneka macam tipe dan asal, masa dimana aq duduk manis di bangku kuliah, praktik belajar lapangan di Gunung Ambat Langkat dan Magang (LKP) di Dinas Kesehatan Kota Medan.

Itu semua terlewati dengan begitu indah namun tak terduga. Namun setelahnya begitu sunyi dan terasa sendiri. Sekarang aq harus bisa menunjukkan kepada kehidupan tentang bekal ilmu yang ku bawa. Berjuang mandiri di tengah-tengah belajar hidup yang sesungguhnya. Inilah masa kompetisi kehidupan yang sebenarnya.

Di awal tahun 2013, ku sempatkan merayakannya dengan berkumpul dengan teman-teman lama, teman masa tsanawiyah di Sipirok dulu. Dame Hrp, Syaiful Bahri, Putra Wicaksana dan Bg Hadi Syaputra. Bermula undangan makan ayam panggang di Warnet Bustamam net 1 milik Dame dan Abangnya, disitu lah kami mencoba bernostalgia kenangan masa-masa bersama di Pon-Pes KH. A. Dahlan Sipirok dulu. Singkat cerita, kini kami tumbuh dewasa di Jazirah ilmu masing-masing. Sudah banyak yang berubah di antara kami, tapi ada saja yang menyatukan jiwa kami.

Aq tak habisnya kagum dengan teman-temanku ini. Mereka terlihat mandiri dengan kesibukan masing-masing. Dame dengan usaha warnetnya, Syaiful dan Putra dengan organisasinya, serta Bg Hadi dengan kuliah pascasarjananya. Sementara aq berada di masa peralihan fresh graduate yang sedikit lebih santai. Untuk saat-saat seperti ini aq belum bisa banyak bercerita banyak hal kepada mereka. Karena aq memang gak tahu apa yang mau diceritakan.

Sepertinya aq harus pasang target di tahun ini. Sungguh ironis bila terus mengandalkan orangtua. Malu dan minder pasti menghampiri. Teringat dengan status FB salah satu temanku “serius di 2013, insya Allah 2014 sukses”. Walau terlihat simpel, namun begitulah mestinya orang yang bergiat menuju kesuksesan. Tak ada istilah berleha-leha, santai dan mendekam dalam ketidakjelasan. Harus punya visi yang jelas, semangat yang baru dan kegiatan yang direncanakan dengan baik.

Momen-momen seperti ini lah yang aq sukai. Bisa berbaur dan saling memberi inspirasi satu sama lain. Aq berdoa semoga kami semua panjang umur (amin), agar bisa bertemu di lain kesempatan lagi. Dan aq ingin bisa bercerita banyak di kesempatan itu. Aq mulai terpikirkan dengan target-target apa yang mesti dibuat untuk tahun ini. Iya, harus seperti itu mungkin. Jangan hidup terombang ambing dengan tidak ada prioritas.

Terimakasih buat teman-temanku, khususnya tuan rumah Dame Hrp. Jamuannya sungguh enak dan memuaskan, (apalagi gratis, hehe). Semoga Allah membalas kebaikanmu sobb..!. walau  di dunia akademisi perkuliahan sedikit terbengkalai, namun aq yakin sampai juga pada penghujungnya. Aq belajar banyak hal dari kalian.
next previous home