Jumat, 15 Juni 2012

Tilang Bull Shit !

Kejadiannya kemarin sore, persis di depan Sun Plaza Medan.
Sebelumnya, aq dibantu “adiq” ngmabil sampel penelitian seharian. Mulai dari Simpang pos padang bulan, ke Arah Amplas, terus ke Aksara dan terakhir di dekat Komplek TASBI setia Budi.
Tidak ada kesulitan sewaktu ngambil sampel, Cuma pas di Aksara aja ada sedikit kecurigaan kami ma penjual gorengan. Awalnya kami bersapa ramah dan santun ma penjualnya, tapi ketika kami hendak meminta sampel minyak gorengnya, kelihatan dech raut wajah nolaknya.
maaf…
maaf ya Mas…
Ga bisa, Maaf…
Berulang kali kata itu Ia ucapkan.
Hwuhhh…aq pun capek memintanya. Padahal di awal aq sudah jelasin sich apa tujuan wawancara dan ia Ngge’ ngge wae (kata orang jawa).
Ya kontan aja aq dan si “adiq” curiga berat ma dagangan si ‘Mas’ itu. Masa’ minta minyak goreng yg digunakannya sedikit aja gak dia kasih. Pasti ada apa2 kan???
Tapi sudah lah, aq males perpanjang buruk sangka pada ‘Mas’ ini.

Nah…sepulang dari sana, kami memilih jalan yang ngelewati pasar Hindu dekat Kesawan.
Tiba-tiba aja, ketika melintas depan Sun Plaza kami dihadang ma Pak Polisi.
“Silahkan pinggir Pak..!”
“Ada apa ya Pak, ada yang salah?”
“Kenapa Bapak tidak menghidupkan lampu utama di siang hari?”
Aq terkejut, memang lampu depan sepeda motorku lagi rusak dan yang bisa menyala hanya lampu kecil disampingnya. Padahal niatku ada untuk menghidupkan lampu utama.
“ya kan kami memang hidupin lampu utama Pak, cuman ini lagi rusak aja?”, aku bersikeras.
“Bapak kan bisa hidupin lampu tembak jauh?”, tampiknya.
“oh gitu ya Pak, asal Bapak tahu aja ya, waktu kami hidupin kayak gitu kami ditegur juga ma Pak Polisi di depan Palladium Supermall. Jadi gimana tuh?”, balasku.
‘begini Pak, yang betul itu yang lampu utama dihidupkan”, ia ngotot.
“Jadi Bapak Polisi yang depan Palladium itu salah donk Pak?, katanya silau kalau kami hidupin lampu tembak?”. Aq juga tambah ngotot.
“iya, itu salah”.
Hampir setengah memaki aq dalam hati dengan sikap polisi Indonesia, khususnya Kota Medan yang berbeda-beda gini. Yg ini berkata begini, yg itu berkata begitu, ntah mana yg dituruti.
Kemudian Bapak polisi itu menilang aq, aq yang sudah terlanjur terbawa emosi sedikit pun malah menyuruhnya mencatat cepat. Aq sudah tak sabar menuju pengadilan lalu lintas dan ingin membeberkan sikap polisi yang tak seragam dalam bersikap.
Jelas saja itu merugikan kendaraan bermotor yg lagi lewat.
Sebenarnya aq melihat dia mau menawarkan sesuatu,
“Begini Pak, maunya…….?”,
“udah..cepat aja tulis Pak!”, Kataku pada polisi itu.
Aq sudah menduga bakal ditawari titip denda tilang.
Aq dah bosan kayak gituan. Aq pengen sesekali hadir di Pengadilan. Seperti apa rasanya.
Si “Adiq” menguatkan aq,
“iya Bang, gak papa. Adek tahunya kek mana keadaan waktu sidang nanti. Halah….main-mainnya itu. Gak serius pengadilannya”, katanya.
“adek usahain temani abang kesana nanti, gak usah khwatir Abang. Kalau memang benar, pengadilan akan bebaskan nanti”, tambahnya.
Dalam hati aku berucap sendiri, “iyalah…, biar tahu juga kek mana waktu sidang di pengadilan gitu. Sekalian pengen ngomong ma Pak Hakim.”
Kami pun berlalu dari tempat pos Pak polisi itu, SIM-ku ditilang.
Dan kami sidang tanggal 22 Juni nanti.
Ntar aq share juga kek mana aq usahain untuk dapatkan SIM itu lagi.
(sstt…”Bang, Adek ada ide. Tenang aja”, ucap si ‘adiq’ setengah  berbisik)

Oke, cukup segitu aja dulu.
Kami dah rencanain sesuatu.
Ntar di postingan selanjutnya aq kasih tahu deh.
Masih rahasia, dan belum tahu tingkat keberhasilannya.
So, untuk teman2 yang berpengalaman pernah ditilang, sesekali gak usah mau titip denda tilang begitu saja. Coba donk sesekali ikut pengadilan. Biar tahu gimana?
Seandainya pun nanti tetap bayar denda, itu jauh dari permintaan polisi matre yang biasa hentikan pengendara di jalan-jalan besar.
Dan aku mau coba buktikan itu….
next previous home