Selasa, 07 Agustus 2012

Permisalan Dengan Hewan

Sebenarnya cerita ini terjadi pada puasa ke-17 kemarin (06 Agustus 2012), Cuma baru sekarang aku sempatin untuk mempostingnya.

Aku duduk sendirian di pondokan pasca sarjana FKM USU. Menunggu dosen untuk sekedar menandatangani berita acara sidang skripsiku. Ditemani kicauan burung aku mencoba menuliskan beberapa keadaan yang belakangan ini menghampiriku.

Semalam, aku merasa guyonan sang Ustadz sangat menghibur namun sarat dengan sindiran dan tekanan. Ceramah menjelang Shalat Tarawih itu benar-benar terasa fresh. Topik pembahasan seputar sifat akhlagul kariimah. Namun bukan tentang topik tersebut yang ingin aku ceritakan. Tetapi ingin lebih membahas guyuonannnya.

Si Ustadz membuat permisalan mengenai perbuatan manusia yang terkadang lebih rendah dari hewan. Permisalan tersebut memang benar faktanya,

“Kalau lah seorang Ibu rumah tangga lupa menutup tudung saji (sange) di meja dapur, lalu ada seekor kucing mengambil lauk ikan goreng, Berapa banyak kucing itu ambil biasanya?”.

“Tidak lebih dari satu ekor kan?”, jawabnya sambil bertanya. Tidak mungkin lah si kucing mengambil plastik assoy, terus dia masukkan semua ikan goreng sambil berucap dalam hati, “wah…cukup nih buat jatah seminggu”.

Ha..ha..ha.., tawa pun tidak tertahankan lagi. Hampir seluruh jama’ah baik laki maupun wanita tertawa dengan permisalan si Ustadz.

“Tapi coba kalau manusia, jangankan plastik asssoy, karung yang dipakai kalau ada”, tambahnya. Begitu lah serakahnya.

Guyonan itu amat sesuai dengan keadaanku sekarang yang sedang ditimpa musibah. Aku kehilangan benda elektronik yang menyimpan seluruh file-file penting di dalamnya. Kejadiannya sehabis sahur sekitar 10-12 hari yang lalu. Yang ada sekarang, Aku benar-benar gak suka ama tipe orang yang suka ngambil bukan miliknya (alias pencuri). Tapi sudah lah, aku mencoba merelakan. Semoga benar adanya do’a yang terdzalimi itu dikabulkan Allah (amin).

Aku juga teringat pesan ustadz Yusuf Mansur dan AA Gym. Mereka berdua memberi nasehat yang insya Allah membekas di hatiku. Saat ustadz Yusuf Mansyur kehilangan uang ratusan juta rupiah, saat AA Gym ditekan media dengan pemberitaan poligaminya, namun di saat-saat seperti itu lah keduanya berdakwah dengan “menyikapi keadaan”. Prinsipnya sebenarnya sederhana, “Orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung”. Jadi sama sekali gak ada istilah “rugi” bagi orang-orang yang beriman.

Keadaan genting dan sulit sekalipun harus menjadi muhasabah diri agar selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan tak jarang kita temukan kalau keadaan-keadaan yang begituan baru bisa menegur hati, iman dan kesadaran kita. Merasakan kehilangan, menyesali diri, dan menangis dengan sendirinya. Akan tetapi ekspresi tersebut harus ditutup dengan ingin dan rindunya hati kembali pada Allah. (wah…jadi curhat masalah itu pula ya..hehe.)

Oh iya, Kembali ke topik.

Ada juga guyonan ustadz yang tak kalah lucu juga. Tidak jauh dari permisalan di atas tadi, tapi kali ini contohnya adalah Anjing. Sebenarnya permisalan mengarah kepada ketaatan Anjing kepada tuannya dimana jauh di atas kemampuan beberapa manusia dalam mentaati Allah. Ustadz pun bertanya, “Ada ya yang bilang kalau kita melihara anjing, maka malaikat tidak suka masuk ke dalam rumah kita, siapa bilang?”, tanyanya. “kalau memang betul begitu, yaudah kau pelihara aja anjing, buat di empat arah mata angin sekitar rumah biar malaikat Izra’il mengurungkan niatnya mencabut nyawa mu”. Suara tawa pun kembali membahana.

Ustadz mengatakan sebenarnya sifat seperti hewan tersebut lah semestinya yang kita hindari. Jijik. Namun itu tadi, walaupun begitu banyak juga kita yang kalah kalau masalah ketaatan kepada tuan masing-masing.

Semoga postingan ini bermanfaat. Maaf ceritanya sedikit tercampur aduk. Mudah-mudahan teman pembaca bisa mengerti dan mengambil kebaikannya. amin.
next previous home