Aq mendapatimu dalam kebimbangan,
Orang waras yang tak tahu berbuat apa,
Jauh musafir berjalan dengan tempat yang jelas,
Jauh nelayan mengayuh dengan tangkapan yang pasti,
Namun dirimu menggenggam fatamorgana,
Diluar mengafirmasi kesenangan, di dalam tidak,
Kasihani lah dirimu sendiri,
Bertahan dalam penyiksaan bathin di tiap waktu,
Kau kurung semangat terpatri,
Menjadikan si musuh girang terbelalak,
Adakah kau menyadari,
oh....bukan, kau sungguh menyadarinya,
Karenanya tetap kau bandel-kan saja,
Ngeyel dan keras kepala,
Tunggulah,
Hingga saat kau menjadi 'tak berguna',
Sebenarnya tetap ada guna mu,
Meramaikan budak si musuh,
Sungguh kasihan, sungguh hina,
Keluarkan semua uneg kepesimisan mu,
Kandaskan gairah juang mu,
Sampai ke titik nadir terbawah,
Aku mau tahu,
Seberapa putus asa-nya dirimu,
Hingga lebih rendah dari orang gila sekali pun,
Mengemis pengampunan dan pemaafan,
Terpenjara sebagai napi Iman,
Terhukum sebagai pelaku kriminal akhlak,
Terdakwa sebagai inspirator syubhat,
Lihat dirimu,
Jangan harap oranglain mengasihimu,
Mampus lah dalam stress-mu,
Demikian seterusnya,
Sampai masa yang kau ingini,
Hingga tiba pada satu noktah,
Kau mengalami paling rendah,
Dibanding materi apa pun,
Berusaha bangkit,
Menjadi ada dari ketiadaan,
Menjadi hadir dalam keghaiban,
Menjadi hakim pengambil putusan,
Ketok palu mana yang menjadi pilihan,
Baik atau buruk bukan suatu pukulan paksaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar