Setelah check-in hotel, mandi dan
ganti baju, tujuan pertama yang ingin kami datangi tiada lain dan tiada bukan
adalah landmark paling terkenal yaitu Menara Twin Towers Petronas. Awalnya kami
mengira jaraknya dekat bila ditempuh jalan kaki dari kawasan Bukit Bintang,
tetapi setelah ditelusuri ternyata jauh juga, pegel. Memakan waktu sekitar 30
menit.
Ya, kawasan Bukit Bintang merupakan lokasi paling strategis yang kami rasakan, soalnya dekat dengan akses transportasi umum, jajanan kuliner, Mall berkelas, dan beberapa Mini market di sekitarnya. Karena lokasinya yang super padat dan termasuk kawasan wisata utama di KL, di daerah ini terdapat Tourist Information Counter untuk membantu para wisatawan bertanya lebih jelas tentang objek wisata dan transportasi di KL.
Ya, kawasan Bukit Bintang merupakan lokasi paling strategis yang kami rasakan, soalnya dekat dengan akses transportasi umum, jajanan kuliner, Mall berkelas, dan beberapa Mini market di sekitarnya. Karena lokasinya yang super padat dan termasuk kawasan wisata utama di KL, di daerah ini terdapat Tourist Information Counter untuk membantu para wisatawan bertanya lebih jelas tentang objek wisata dan transportasi di KL.
Dan setelah cari tahu sana-sini, ehhh ternyata tersedia Bus GO-KL gratis yang
bisa dimanfaatin para turis untuk mengelilingi pusat kota KL, termasuk ke
Menara Twin Petronas ini. So, pada hari berikutnya kami ketagihan menggunakan
Bus ini sebagai transportasi utama selama di sana. Saking kemaro’ nya (kata orang Medan), kami mengabadikan moment di lokasi Twin Towers ini sesering mungkin. Ini beberapa jepretan-nya:
Berikutnya, landmark kedua yang
kami datangi adalah Batu Caves. Katanya kalau belum ke sini ya belum sah ke KL
nya. Dulu karena kudet (kurang
update) kronis yang saya derita, mengira Objek wisata ini berada di Thailand. (Padahal
kan di Thailand itu yang terkenal ya kuil-kuilnya seperti Emerald Budha, Wat
Pho dan Grand Palace). Maka perjalanan menuju Batu Caves ini kami tempuh dengan
menggunakan Commuter yang kebetulan penumpangnya tidak terlalu ramai, bisa dibilang
sepi.
Sebelum berhenti di station, terlihat dari kejauhan patung dewa kuning keemasan yang paling mencolok di tempat wisata ini, besar sekali. Namanya Patung Dewa Murugan, merupakan patung Dewa tertinggi di dunia dan didatangkan dari negera tetangga Thailand. Kami pun kemudian masuk gerbang (free ticket) dan melihat ternyata sudah ramai sekali Turis di sekitaran lokasi, ditambah burung merpati yang jumlahnya ratusan terbang ke sana sini. Tidak mau melewatkan view tempat ini, kami pun mengabadikan foto dengan background patung dewa raksasa tersebut. Kemudian menaiki tangga yang cukup melelahkan (butuh 2-3 jeda hingga akhirnya sampai ke dalam Gua).
Sebelum berhenti di station, terlihat dari kejauhan patung dewa kuning keemasan yang paling mencolok di tempat wisata ini, besar sekali. Namanya Patung Dewa Murugan, merupakan patung Dewa tertinggi di dunia dan didatangkan dari negera tetangga Thailand. Kami pun kemudian masuk gerbang (free ticket) dan melihat ternyata sudah ramai sekali Turis di sekitaran lokasi, ditambah burung merpati yang jumlahnya ratusan terbang ke sana sini. Tidak mau melewatkan view tempat ini, kami pun mengabadikan foto dengan background patung dewa raksasa tersebut. Kemudian menaiki tangga yang cukup melelahkan (butuh 2-3 jeda hingga akhirnya sampai ke dalam Gua).
Di dalam Gua nya sendiri setidaknya ada 3 ruang yang cukup luas, ketiganya pun kami telusuri. Uniknya, di ruangan ketiga (paling ujung) kami bertemu dan beramah tamah dengan rombongan keluarga turis asal Bangladesh. Mereka meminta saya mengambil foto, dan sebaliknya mereka menawarkan diri mengambil foto kami. Kami juga sempat kan berfoto bareng di depan kuil di sekitar situ.
Yang tidak disangka, mereka juga menawarkan makanan khas Bangladesh dan kemudian kami cicipi sekedarnya. Jujur, rasanya kurang nyambung di lidah kami. Kami ucapkan terima kasih dan meninggalkan mereka sambil menyimpan makanan yang diberi itu dalam tas. Meski sempat menyicipi, kami berdua tetap ragu karena makanan ini karena tergolong syubhat (halal gak, haram juga gak, di tengah-tengah?).
Yang tidak disangka, mereka juga menawarkan makanan khas Bangladesh dan kemudian kami cicipi sekedarnya. Jujur, rasanya kurang nyambung di lidah kami. Kami ucapkan terima kasih dan meninggalkan mereka sambil menyimpan makanan yang diberi itu dalam tas. Meski sempat menyicipi, kami berdua tetap ragu karena makanan ini karena tergolong syubhat (halal gak, haram juga gak, di tengah-tengah?).
Selepas dari Batu Caves, kami
menuju Dataran Merdeka. Di sini kami sempatkan berfoto dengan I LOVE KL yang
sangat iconik (karena hampir setiap ke KL, teman FB yang saya kenal selalu
upload foto dengan icon ini). Lokasi nya persis di depan Kuala Lumpur City
Gallery. Karena kebetulan agak sepi, lebih dari 50 jepretan bisa kami ambil di
depan icon ini.
Setelah itu kami berjalan ke tengah lapangan hijau dan terlihat beberapa turis duduk santai sambil menikmati dan mengamati gedung Sultan Abdul Samad Building, bangunan klasik bergaya Eropa di seberang jalan. Pastinya deretan gedung ini sangat layak dijadiin background foto jika berkunjung ke lokasi Dataran Merdeka. Sangat rapi, elegan dan indah, apalagi saat di lokasi hari sudah sore menjelang malam. Dengan hidup nya lampu di dinding-dinding gedung serasa menambah nuansa yang sejuk, romantis dan intim. Alhasil kami cukup puas dengan moment di tempat ini.
Setelah itu kami berjalan ke tengah lapangan hijau dan terlihat beberapa turis duduk santai sambil menikmati dan mengamati gedung Sultan Abdul Samad Building, bangunan klasik bergaya Eropa di seberang jalan. Pastinya deretan gedung ini sangat layak dijadiin background foto jika berkunjung ke lokasi Dataran Merdeka. Sangat rapi, elegan dan indah, apalagi saat di lokasi hari sudah sore menjelang malam. Dengan hidup nya lampu di dinding-dinding gedung serasa menambah nuansa yang sejuk, romantis dan intim. Alhasil kami cukup puas dengan moment di tempat ini.
Hari pun berlalu. Besok nya kami berjalan-jalan
santai mengunjungi taman kebun raya Perdana Botanical Garden Kuala Lumpur. Di sana
kami sempat takjub melihat susunan bunga tersusun dalam lengkungan yang cukup
luas (menyerupai piring) disebut Sunken
Garden.
Di sana juga ada Lake Garden, danau bersih dengan pemandangan gedung-gedung KL Central. Dan pastinya ada beribu-ribu jenis tanaman, bunga yang tersusun rapi, bersih dan mempesona, yang sangat sayang bila dilewatkan. Bila melihat kawasan ini, sempat teringat saat jalan-jalan ke Taman Simalem Resort, Karo. Beda nya Taman ini tidak berlokasi di daerah perbukitan (bahkan di tengah kota) dan memiliki spot yang lebih luas dibandingkan Taman Simalem resort.
Di sana juga ada Lake Garden, danau bersih dengan pemandangan gedung-gedung KL Central. Dan pastinya ada beribu-ribu jenis tanaman, bunga yang tersusun rapi, bersih dan mempesona, yang sangat sayang bila dilewatkan. Bila melihat kawasan ini, sempat teringat saat jalan-jalan ke Taman Simalem Resort, Karo. Beda nya Taman ini tidak berlokasi di daerah perbukitan (bahkan di tengah kota) dan memiliki spot yang lebih luas dibandingkan Taman Simalem resort.
Well, this is it...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar