Keteladanan sejati seperti ini jarang terekspos oleh media,
karena orientasi hidup zaman sekarang yang berporos pada kemapanan, kemewahan, dan kekuasaan.
Seperti kisah nyata berikut ini,
yang diceritakan oleh seorang rekan yang sedang kuliah di Mesir.
Selamat membaca dan memetik inspirasi:
Saya punya seorang kenalan. Beliau seorang dokter yang menjadi salah seorang pengurus Ikatan Dokter Mesir. Istrinya juga seorang dokter ahli kandungan. Menurut pandangan saya, mungkin kita semua juga sependapat kalau orang seperti beliau bisa hidup pada kalangan menengah ke atas. Sebab suami-istri sama-sama dokter, dan sudah menjadi dokter ahli.
karena orientasi hidup zaman sekarang yang berporos pada kemapanan, kemewahan, dan kekuasaan.
Seperti kisah nyata berikut ini,
yang diceritakan oleh seorang rekan yang sedang kuliah di Mesir.
Selamat membaca dan memetik inspirasi:
Saya punya seorang kenalan. Beliau seorang dokter yang menjadi salah seorang pengurus Ikatan Dokter Mesir. Istrinya juga seorang dokter ahli kandungan. Menurut pandangan saya, mungkin kita semua juga sependapat kalau orang seperti beliau bisa hidup pada kalangan menengah ke atas. Sebab suami-istri sama-sama dokter, dan sudah menjadi dokter ahli.
Tapi kenyataannya rumah beliau tidak lebih mewah dari rumah sewaan mahasiswa. Tidak punya mobil pribadi, kemana-mana naik angkot. HP yang saya miliki lebih mewah dari HP beliau.
Pakaiannya sederhana, kalau orang baru kenal akan mengira beliau seorang bawwab (satpam apartemen). Namun di samping itu beliau sangat dermawan, banyak bersedekah dan bantu orang.
Lama saya penasaran dengan beliau, kenapa gaya hidupnya begitu.
Tidak mungkin ia tidak mampu untuk hidup lebih layak. Sampai pada suatu kesempatan saya beranikan diri menanyakan hal itu kepadanya.
Jawabannya membuat mata saya jadi berkaca-kaca:
"Akhi, aku bukan tidak mampu untuk hidup mewah dan menjadi orang kaya. Aku juga tidak mencela kawan-kawan yang hidup dengan mewah. Aku bukan pembenci kekayaan. Tapi.....untuk diri pribadi dan keluargaku, aku memilih kehidupan seperti ini di dunia yang sementara ini.
Aku lebih tahu tentang pribadiku. Aku takut kalau sudah terbiasa hidup bergelimang kemewahan akan susah meninggalkannya. Selangkah demi selangkan syetan akan menjerumuskan ku untuk menjadi pencinta dunia. Akhirnya aku jadi orang yang lupa, bahkan takut untuk kembali ke akhirat.
Aku lebih tahu tentang pribadiku. Aku takut kalau sudah terbiasa hidup bergelimang kemewahan akan susah meninggalkannya. Selangkah demi selangkan syetan akan menjerumuskan ku untuk menjadi pencinta dunia. Akhirnya aku jadi orang yang lupa, bahkan takut untuk kembali ke akhirat.
Di samping itu aku cemas tidak bisa mempertanggungjawabkan itu semua di hadapan Allah nanti. Hisab akhirat itu amatlah berat.
Sekali lagi aku tidak mencela orang yang memilih hidup mewah selagi itu pada batasan yang dihalalkan Allah. Kita punya pilihan hidup masing-masing. Dan aku bahagia dengan gaya hidup bersahaja ini".
Mungkin banyak orang seperti beliau di Mesir ini, beliau hanya salah seorang di antara mereka. Orang yang memilih kehidupan yang tidak mudah ditiru oleh sembarang orang. Hanya orang pilihan yang mampu seperti itu.
Sekali lagi aku tidak mencela orang yang memilih hidup mewah selagi itu pada batasan yang dihalalkan Allah. Kita punya pilihan hidup masing-masing. Dan aku bahagia dengan gaya hidup bersahaja ini".
Mungkin banyak orang seperti beliau di Mesir ini, beliau hanya salah seorang di antara mereka. Orang yang memilih kehidupan yang tidak mudah ditiru oleh sembarang orang. Hanya orang pilihan yang mampu seperti itu.
Di samping seorang dokter, beliau juga ahli fiqih dan ushul fiqh. Beliau pencinta ilmu hingga selalu menyempatkan diri untuk talaqqi kepada masyayekh. Hafal al Qur'an dengan lancar dan ribuan hadits, serta kuat melakukan banyak ibadah.
Allahumma tawaffana musliman wa alhiqna bishshalihin.
Sumber: putramelayu http://is.gd/Dl1DT7